Rurita Ningrum Kartini di Pengawasan Anggaran

rurita3Menjadi seorang  aktivis mungkin tak  pernah terbesit  dibenak Rurita Ningrum. Namun, berprofesi sebagai aktivis malah membuat sosok perempuan berparas keibuan yang memiliki satu orang anak ini dikenal banyak kalangan sebagai pengawas anggaran di Pemerintahan Kota, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupaten, bahkan hingga ke para anggota legislatif sekalipun.
rurita2Nama Ruri mulai melejit saat ia dipercaya untuk menjadi Direktur Eksekutif Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Sumatera Utara (Sumut) pada tahun 2011 menggantikan Direktur FITRA Sumut sebelumnya, Elfanda Ananda.
Perempuan yang sewaktu kecilnya bercita-cita untuk menjadi seorang dokter ini berkeinginan untuk dapat menolong orang lain dengan semua kemampuan yang dimilikinya. Namun seiring berjalannya waktu dan ia beranjak dewasa, cita-cita tersebut harus dikuburnya dalam-dalam karena ia memilih untuk mengambil studi di Fakultas Hukum UISU.
Kendati demikian, keinginan Ruri untuk dapat membantu orang lain terus diwujudkannya hingga saat ini. Dimana keinginan tersebut, ia wujudkan memalui kritikan-kritikannya terhadap sistem ketranparansian anggaran yang diterapkan pemerintah agar dapat sampai ke tangan-tangan masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
rurita1“Sewaktu kecil saya ingin menjadi dokter, agar dapat membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Tetapi cita-cita tersebut harus saya kubur karena saat kuliah, saya mengambil jurusan hukum. Meskipun saya tidak menjadi seorang dokter ataupun pengacara, saya tetap mewujudkan keinginan saya untuk dapat menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan,” ucap Ruri.
Menjadi bagian dari FITRA, adalah tugas berat yang harus diembannya karena ketika ia berada di FITRA, ia harus meningkatkan dan meng-‘update’ kapasitasnya sebagai seorang Direktur Eksekutif tiap jam, menit hingga detik.
“Tugas utama FITRA adalah melakukan kajian dan analisis tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah, yang tentunya juga dilakukan oleh tim pakar dan birokrat yang secara kapasitas pasti memiliki nilai lebih dibandingkan aktivis ataupun pegiat anti korupsi lainnya,” terangnya.
Meski terkadang ia mendapat teguran atau sindiran dari pihak yang dikritisinya, menurut Ruri itu adalah suatu kewajaran. Bahkan tak jarang ia mengaku mendapat ancaman terkait dengan apa yang ia lakukan terhadap Anggaran Pemerintah yang mengarah pada korupsi.
ruritaMeskipun Ruri selalu disibukkan dengan kegiatannya sebagai seorang aktivis anggaran, ia juga tak lupa untuk dapat membagi waktunya bersama dengan keluarga kecil yang dibinanya. Bahkan tak jarang juga ia selalu kembali ke pangkuan ibunda dan ayahanda tercintanya yang berada di kecamatan Kandis Kabupaten Siak, Provinsi Riau
Bahkan keluarganya juga selalu mendukung dengan semua yang ia lakukan sebagai aktifis anggaran. Meski terkadang ibunya sering takut saat Ruri mendapat ancaman dan teror, namun ibunya tetap mendoakan yang terbaik untuk Ruri. Sebab menurut ibunya, semua yang dilakukan Ruri adalah untuk kebaikan semua masyarakat maupun sistem pemerintahan yang ada.
“Keluarga saya selalu mendukung dengan apa yang saya lakukan, sebab semua yang saya lakukan ini adalah untuk kebaikan kita bersama sebagai masyakarat awam,” kata Ruri.
rurita4Adapun harapan Ruri kedepannya terkait tentang sistem penganggaran yang tranparansi, ialah adanya keterbukaan atas informasi anggaran dan akuntabelnya APBD. Selain itu juga ia berharap agar pemerintah dapat meminimalisir tentang penyalahgunaan anggaran. Untuk itu ia harapkan masyarakat juga dapat ikut berperan dan menjadi bagian penting dalam pemberantasan korupsi di Sumatera Utara ini.
“Pahamilah bahwa APBD/APBN adalah uang kita, uang yang bersumber dari pajak yang kita bayar. Karena itulah, jangan pernah ada kata kompromi pada KKN. Dan kita juga harus menghindari pemberian pungli pada pengrusan administrasi apapun. Sebab korupsi itu terjadi dimulai dari hal yang terkecil. Dan untuk para aparatur/PNS juga harus terbuka dan menginsyafi bahwa zaman telah berubah, maka jangan merasa bahwa pemerintahan dapat berjalan tanpa rakyat. Dan jangan merasa uang APBD adalah uang pribadi. Karena jika didunia ini tak dipertanggngjawabkan dengan segera, maka diakhirat nanti juga akan tetap dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Untuk itu, kembalikanlah daulat rakyat atas anggaran” pungkasnya. (Ilham Pane)

Close Ads X
Close Ads X