Medan | Jurnal Asia
Pengamat pendidikan Prof Syaiful Sagala menilai, masih rendahnya minat dosen untuk menulis buku antara lain disebabkan rendahnya penghasilan dosen sehingga mereka terpaksa mengajar begitu banyak jam di beberapa universitas.
“Padahal idealnya seorang dosen harus terbiasa menulis buku sebagai bentuk karya ilimiah akademik,” kata Syaiful Sagala yang juga Guru Besar Universitas Negeri Medan kepada Jurnal Asia, Sabtu (27/12).
Menurut Saiful, dosen terkesan lebih suka mengajar dari satu universitas ke universitas lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan, sehingga rendah minat menulis buku.
“Akibatnya upaya untuk mencari penghasilan lain di luar itu berdampak pada ketiadaan waktu berpikir dan menulis buku,” ucap Syailful yang belum lama ini kembali lagi meluncurkan bukunya yang berjudul “Etika dan Moralitas Pendidikan- Peluang dan Tantangan”
Di sisi lain, ujarnya, insentif menulis buku maupun tulisan lainnya hampir tidak ada. Terlebih, kebiasaan membajak buku di kalangan penerbit sangat marak. Dampaknya, royalti yang diperoleh penulis buku juga sangat sedikit. Kondisi tersebut tidak seimbang dengan kesulitan para dosen untuk menulis.
Syaiful juga menyebutkan faktor lain penyebab rendahnya minat menulis dosen kemungkinan terbatasnya kemampuan dan keahlian dosen dalam menulis buku serta konten pengetahuan serta belum berkembangnya tradisi dan budaya akademik atau ilmiah di perguruan tinggi
Syaiful menyebutkan, jikapun ada dosen menulis dikarenakan pembuatan tulisannya hanya untuk memenuhi ketentuan angka kredit sebagai persyaratan kenaikan pangkat. Kondisi ini dikhawatirkan hasil dari tulisannya dilakukan secara asal-asalan atau tertutup kemungkinan meniru hasil tulisan orang lain atau plagiat.
Untuk itu dia berharap agar budaya menulis buku harus disosialisasikan kepada kalangan dosen. Sehingga menulis buku menjadi budaya di kalangan akademisi.
Sementara itu Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Kemendikbud, Ramon Mohandas mengatakan, ia belum mempunyai data dosen yang razin menulis buku atau sebaliknya. Kemendikbud selalu mendorong agar para dosen agar menulis buku.
Direktur Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PTK), Dikti, Kemendikbud, Supriadi Rustad sebelumnya mengatakan, Kemendikbud berupaya meningkatkan kualitas dan kapasitas dosen. Termasuk, didalamnya mendorong peningkatan budaya akademik untuk menulis dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu berupaya menambah jumlah dosen. Saat ini jumlah dosen di Indonesia mencapai sekitar 160 ribu orang. Menurut dia, jumlah ini masih kurang dibandingkan dengan rasio jumlah mahasiswa. Jumlah mahasiswa mencapai sekitar 5,5 juta orang. (Swisma)