Bank Mandiri Akuisisi BTN, Dahlan Dinilai Kurang Cerdas

Jakarta | Jurnal Asia
Langkah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang menyatakan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan diakuisisi oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menuai kecaman.“Ini bank sejarahnya panjang sekali, enggak akan benar bank ini diambil oleh Bank Mandiri. Karena apa? Karena beberapa tahun terakhir, kinerja Bank Mandiri makin lemah dan makin payah,” ucap pengamat ekonomi Rizal Ramli menyentil saat acara acara Apel Kesetian Bela BTN sebagai awal gerakan melawan akuisisi oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di Kantor BTN, Harmoni, Jakarta Pusat, Minggu (20/4). Dia menambahkan, saat ini kinerja Bank Mandiri kalah cepat dengan BNI maupun dengan BRI dan jika dibiarkan, Bank Mandiri akan kalah bersaing dengan BRI maupun BNI. “Kalau dibiarkan, waktu yang enggak lama, satu-dua tahun BRI dan BNI akan mengalahkan Bank Mandiri. Itu lah alasan sederhana, mengapa Bank Mandiri akuisisi Bank BTN supaya loncat asetnya,” tegas dia. Mantan Menko Perekonomian ini menegaskan jika diakuisisi, aset Bank Mandiri kembali besar dan kembali menjadi bank nomor satu. “Tapi ini dengan cara kurang cerdas dan maunya sendiri. Saya minta kepada Menteri BUMN untuk menghentikan proses in. Jangan seenakenaknya hanya untuk kepentingan Bank Mandiri, tapi sejarah Bank BTN dilupakan. Kalau Bank BTN diperbaiki harus ada caranya,” pungkasnya. Satu Grup Seperti diberitakan sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan diakuisisi oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Tujuan dari akuisisi ini adalah untuk memperbesar bank yang fokus di Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tersebut. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan, BTN harus satu grup dengan Bank Mandiri jika ingin berkembang lebih besar lagi. Apalagi tingkat kekurangan rumah (backlog) di Indonesia sudah tinggi sekali. “BTN harus dijadikan satu grup dengan Bank Mandiri. Itu untuk menolong BTN, karena kekurangan perumahan atau backlog-nya itu, satu tahun 1,5 juta rumah. Kalau tidak ada upaya itu tidak mungkin akan bisa mendanai sektor perumahan di Indonesia. Karena itu BTN harus diperbesar,” kata Dahlan di Istana Negara, Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, pekan lalu. Dahlan memprediksi jika BTN berjalan seperti sekarang ini maka tidak akan ada perubahan terhadap masalah kekurangan rumah di Indonesia. Dengan bergabung ke Bank Mandiri, BTN punya potensi untuk berkembang lebih besar lagi. “Dari sisi BTN, kalau dibiarkan tidak akan ada berubahan, stagnan, nggak mungkin masalah perumahan itu bisa diatasi. Sesuatu masalah harus dicarikan jalan keluarnya. Dengan adanya satu grup dengan Bank Mandiri, maka BTN juga akan menjadi besar,” ujarnya. Sedangkan dari sisi Bank Mandiri, Dahlan menambahkan, bank dengan aset terbesar di Indonesia itu bisa makin bersaing dengan bank-bank besar skala internasional. “Kalau perusahaan-perusahaan menjadi besar banknya tidak besar maka perusahaan itu akan dilayani oleh bank-bank asing. Apa kita suka kalau nanti bank asing semakin merajalela di Indonesia? Sementara bank kita sendiri tidak mampu melayani perusahaan yang semakin besar,” ujarnya. Dahlan memprediksi jika BTN berjalan seperti sekarang ini maka tidak akan ada perubahan terhadap. Menurut Dahlan, skema yang dilakukan dalam aksi korporasi ini sengaja dipilih akuisisi, sehingga entitas BTN tidak hilang, tetap eksis sebagai anak usaha Bank Mandiri. Istilahnya ini hanya seperti memindahkan kepemilikan saham pemerintah di BTN ke Bank Mandiri. Jadi perumpamaannya adalah seperti BTN yang dulunya anak usaha pemerintah menjadi cucu usaha pemerintah, dimiliki melalui Bank Mandiri sebagai induk usaha. Skema seperti ini pernah dilakukan oleh pemerintah terhadap BUMN produsen semen yang jumlahnya banyak. Sekarang ini para BUMN semen itu sudah bersatu di bawah satu atap, yaitu menjadi anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebagai holding company BUMN semen. Skema seperti ini mungkin yang akan diterapkan Dahlan di perbankan pelat merah, yaitu menuju holding company bank BUMN. “Bagi negara sendiri dengan membawa BTN ke Mandiri, bukan merger ini lho, jadi BTN nya tidak hilang, itu Bank Mandiri akan lebih besar dari bank di Malaysia yang mana pun. Jadi. Mandiri akan menjadi bank berkelas di Asia Tenggara. Selama ini kan Singapura, Malaysia, habis itu Thailand, baru Indonesia,” tambahnya. Tolak Rencana Akuisisi Sementara itu, sedikitnya seribuan pegawai PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang tergabung dalam serikat pekerja berkumpul di halaman Kantor Pusat BTN di Jalan Gajah Mada Jakarta Pusat. Mereka menolak keras rencana akuisisi BTN oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Para serikat pekerja menggunakan seragam serba hitam, mereka meneriakan yel-yel penolakan terhadap rencana Menteri BUMN Dahlan Iskan tersebut. “Kembalikan BTN pada rakyat,” teriak Ketua Panitia Satya Wijiantara saat berorasi di depan para pegawai BTN, di Kantor Pusat BTN, Jakarta, Minggu(20/4). Salah satu panitia bernama Raby mengungkapkan, pihaknya meminta kepada pemerintah agar BTN tetap berdiri sendiri. Rencana akuisisi hanya akan merugikan pihak BTN. “Jangan diakuisisi bikin berdiri sendiri, kalau diakuisisi makin hancur, ini jelas penggarongan. BTN inikan untuk melayani masyarakat menengah bawah sementara mereka (Mandiri) menengah atas, jelas beda. Apalagi kalau jadi anak usaha berarti bukan BUMN lagi,” tegas Raby. Ia juga menambahkan, aksi ini akan berlanjut apabila pemerintah tidak mendengarkan tuntutanpara pegawai BTN. Rencananya, aksi ini akan dilanjutkan pada minggu berikutnya. “Minggu depan ada lagi demo,” katanya. Dampak Negatif Jika akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) jadi dilakukan, akan timbul risiko yang besar. Pasalnya, visi dan misi BTN sangat berbeda dengan Bank Mandiri. “Kan visi misi kita sebagai bank fokus bagi pelayanan rumah untuk rakyat. Sementara visi dan misi Mandiri lebih ke arah komersial. Ini akan merubah semuanya,” ucap Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat SP Bank BTN Satya Wijayantara di Kantor BTN, Harmoni, Jakarta Pusat, Minggu (20/4). Dia menegaskan, ini tentu akan menghambat program pembiayaan perumahan yang telah dilakukan Bank BTN selama ini. “Akuisisi ini juga akan membahayakan portofolio kredit perumahan yang saat ini sudah ditangani BTN sebagai bank fokus pembiayaan perumahan,” tegas dia. Lanjut Satya mengungkapkan, risiko lain yang timbul adalah risiko terhambatnya ketersediaan rumah bagi rakyat, yang saat ini memang sudah minim (backlog). “Ada risiko politik mengenai ketersediaan rumah bagi rakyat,” pungkasnya. (dtf/ozc)

Close Ads X
Close Ads X