Stok Komoditas Terancam

panen padi

Medan | Jurnal Asia
Sumatera Utara dikhawatirkan ketergantungan impor pangan. Hal tersebut disebabkan menurunkan produksi, lantaran terjadi cuaca ekstrem atau musim kemarau melanda wilayah ini sejak tahun lalu. Akibatnya mulai periode Januari-Maret 2014 sejumlah hasil komoditas anjlok dan stoknya terancam. Di antaranya adalah kacang tanah, ubi kayu, jagung dan lainnya. Hal ini dibenarkan Kepala Sub Bagian Program Dinas Pertanian (Distan) Sumut, Lusyantini.

Ia mengatakan produksi komoditi pada triwulan I 2014 ini jauh lebih rendah, dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya. Ini diakibatkan adanya cuaca ekstrem sehingga terjadi pergeseran masa tanam dan panen petani. “Selain cuaca ekstrem, pengalihan lahan pertanian menjadi perkebunan, industri serta perumahan juga sangat mempengaruhi produktivitas komoditi. Sehingga lahannya yang terus berkurang membuat produktivitas juga semangkin kecil,” katanya, Senin (5/5).

Berdasarkan data Distan Sumut, produk komoditi yang mengalami penurunan yakni: jagung dengan luas lahan pada 2014 ada 33.872 ha, turun 38,08 persen dari 2013 seluas 64.395 ha. Dari luas lahan tanam itu, luas panen hanya 62.979 ha atau turun 4,47 persen dari 2013 seluas 65.923 ha. Produktivitas juga mengalami penurunan 2,93 persen menjadi 55,59 kwintal per ha dari 57,27 kwintal per ha dari 2013. Akibatnya produksi pada 2014 turun 7,27 persen menjadi 350.100 ton dari 2013 sebesar 377.541. Kemudian, produksi kacang tanah 2014 turun 28,88 persen menjadi 1.575 ton dari 2.214 ton pada 2013, ubi kayu turun 37,32 persen menjadi 227.436 ton dari 362.836 ton, produksi bawang merah 38,18 persen menjadi 1.544 ton dari 2497 ton di 2013.Begitupun, produksi padi Sumut mengalami kenaikan sekitar 5,94 persen dari periode sama tahun lalu sekitar 1.429.492 ton. Padahal kenaikan ini diprediksi sekitar 10 persen di triwulan I 2014.

Dilanjutkannya, cuaca ekstrem yang semakin dirasakan sejak pertengahan 2012. Yang biasnya, petani tanam mulai Oktober menjadi Desember sehingga masa panen juga berubah. Diharapkan, pada Mei ini cuaca akan bersahabat dan curah hujan tinggi, sehingga produksi tanaman dapat kembali ditingkatkan. “Tahun ini, khusus padi, kita ditargetkan produksi sebesar 3,9 juta hingga 4 jutaan ton. Atau naik dari tahun lalu yang masih sebesar 3.665.433 ton,” tandasnya. Menurut Lusy, belakangan ini, sejumlah komoditi di Sumut dengan irigasi yang baik masih kurang. Sehingga kalau tidak ada curah hujan, produksi otomatis terganggu.

Selain masalah irigasi, hambatan produksi lainnya adalah banyaknya alih fungsi lahan, baik menjadi perkebunan maupun perumahan. Direncanakan, pada 2015 mendatang, pemerintah mewacanakan pembuat irigasi di daerah Sei Wampu Kabupaten Langkat selesai dan siap beroperasi. Diharapkan irigasi ini dapat mengairi 12 ribu lebih lahan pertanian, sehingga tidak ada masa tanam terganggu oleh iklim atau cuaca ekstrem. Secara terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sumut, Ivan Iskandar Batubara mengatakan, dengan menurunnya produksi hasil pertanian di Sumut, seharusnya Pemprov dapat memberikan solusi tepat.

Agar hasil pertanian dan perkebunan dapat meningkat serta mendorong kinerja hasil produksi kedua sektor. “Kalau hasil kedua sektor tersebut meningkat, maka Sumut akan terhindar dari ketergantungan impor baik dari daerah lain ataupun luar negeri. Ketergantungan impor khususnya untuk pangan akan membahayakan secara ekonomi, politik dan sosial,” pungkasnya. (Netty Guslina)

Close Ads X
Close Ads X