Any Kusuma Dewi Menggiring Sosialita Berempati Sosial

bunda any-istimewa134dewi lagi

SERING muncul penilaian sosialita merupakan sosok yang molek, wangi, glamour, bergelimpang harta dan selalu hidup berfoyafoya. Fakatnya tidak selalu benar. Any Kusuma Dewi, misalnya. Ia masuk dalam deretan sosialita yang peka terhadap kehidupan di sekitarnya.

Perempuan yang akrab disapa Bunda Any ini begitu mudah ditemui. Setiap sore di akhir pekan, ia banyak menghabiskan waktu di pelataran parkir Museum Fatahillah, Kota Tua Jakarta. Di tempat itu, Any tak sekadar bercengkerama untuk melepas kepenatan setelah seminggu berutinitas. Lebih dari itu, Any dengan orangorang yang ditemui sering membahas kehidupan sosial serta ide program kemanusiaan yang akan dijalankan. Perempuan asal Blitar ini memulai aksi sosialnya dengan mendirikan Yayasan Tri Kusuma Bangsa pada 12 Februari 2012. Salah satu kegiatan yayasan tersebut adalah ‘Sekolah Jalanan’ yang digelat setiap Sabtu sore.

Meski diberi nama ‘sekolah Jalanan’ bukan berarti asal-asalan. Mereka yang tampil sebagai tenaga pendidik bukan orang sembarangan. Selain cantik dan wangi, tak sedikit dari mereka kerap muncul di layar kaca atau layar lebar, bahkan sosok elok yang hanya muncul di arisan bernilai puluhan juta rupiah, pagelaran fashion show hingga hang out ke luar negeri. Di bawah bendera Yayasan Tri Kusuma Bangsa, Any didukung 150 sukarelawan belia juga para artis. Sebanyak 20 orang diantaranya aktif secara bergantian. Mereka mengajar anak-anak jalanan dari usia balita hingga belia.

Untuk kelompok bermain (play group) atau Taman Kanak Kanak (TK) diberi nama kelas ‘Bintang’, kelas ‘Bulan’ dihuni anak-anak setingkat kelas 1-3 SD dan ‘Matahari’ untuk anak-anak setara kelas 4-6 SD. Materi pengajaran yang diberikan adalah pengetahuan umum dan agama. Juga bahasa Inggris, bahasa Indonesia, matematika dan menggambar. Setelah usai, anak-anak dan tenaga pendidik makan bersama. “Semua gratis,” katanya.

Dari mana dananya? Di dunia sosialitas Jakarta, Any bukanlah sosok asing. Perempuan bermata bening ini termasuk punya nama dalam kehidupan khas perempuan kelas menengah di Ibu Kota. Lalu, apa yang membuatnya memilih merepotkan diri berkeringat di jalanan? Tak lain adalah kenyataan yang ditemuinya saat pulang kampung. Dalam kepulangannya, Any mendapati banyak anak-anak putus sekolah yang menyadarkan dirinya.

Pelan namun pasti diangkatnya anak asuh yang dibiayainya bersekolah. Hingga kini, Any sudah memiliki 300 anak asuh yang mendapat perlakuan tak berbeda dengan ketiga anak kandungnya, Mahendra Danny Setyoko (15), Wynna Dewi Melinda (13) dan Marcelino Danny Setyatmaja (7). Any mengakui saat melontarkan niatnya mengajar anak jalanan sejumlah teman hang out-nya tak hanya mengernyitkan dahi. Komentar skeptis dilontarkan yang justru membuat hatinya terlecut, jiwanya termotivasi.

“Syukurlah pelan tapi pasti, saya bisa mewujudkannya dengan ikhlas dan lancar,” katanya simpel. Menurut dia saat menjadi sosialita ala Jakarta, hidup Any sibuk membunuh waktu dengan arisan, ngopi di cafe atau shopping ke mall. “Dalam sehari, kami bisa pindah tempat sampai tiga kali,” katanya.

Bisa dibayangkan berapa besar uang yang dibelanjakan. Namun kini sudah hampir dua tahun, waktunya menjadi produktif. “Saya menemukan kehidupan yang bermakna. Harapan saya, komunitas lama saya nantinya tertarik ikut berperan serta dalam misi aktivitas ini.” ucapnya mengakhiri. (Int)

Close Ads X
Close Ads X