Politik Memanas, IHSG dan Rupiah Tumbang

Jakarta | Jurnal Asia
Analis pasar modal Bertoni Rio menilai bahwa melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, didorong adanya kekhawatiran investor terhadap kondisi politik yang masih cukup panas.
“Kondisi politik yang masih cukup panas menjadi salah satu sentimen negatif bagi pasar modal. Salah satu kubu calon presiden menyatakan penolakannya terhadap hasil pemilihan umum presiden (pilpres) pada 2014 ini sehingga memicu keraguan investor terhadap kenyamanan investasi di Indonesia,” ujar Bertoni Rio yang juga Analis dari PT Anugerah Sekurindo Indah di Jakarta, Selasa (22/7).
Ia mengemukakan bahwa yang diharapkan investor di dalam negeri yakni kenyamanan dalam melakukan investasi. Sikap salah satu calon presiden itu sempat mengganggu psikologis investor sehingga mengambil posisi lepas saham. Kendati demikian, lanjut dia, hal tersebut hanya bersifat sesaat. Menjelang penutupan perdagangan saham sesi II pada Selasa ini investor kembali melakukan aksi beli.
“Aksi beli bukan hanya dari investor domestik, namun didukung juga aksi beli investor asing yang membukukan pembelian bersih mencapai Rp6 miliar pada Selasa ini, meski memang pada penutupan perdagangan indeks BEI tidak mampu bertahan di area positif atau turun sebesar 43,60 poin,” paparnya.
Ia memperkirakan bahwa indeks BEI pada Rabu, (23/7) akan kembali bergerak menguat, masih ada optimisme investor di pasar modal bahwa ekonomi Indonesia tetap bergerak tumbuh.
“Diperkirakan IHSG BEI bergerak di kisaran 5.013-5.154 poin, beberapa saham yang dapat diperhatikan diantaranya Bank Negara Indonesia (BBNI), Wijaya Karya (WIKA), Adhi Karya (ADHI), PT PP (PTPP),” papar Bertoni Rio.
Sementara itu, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan bahwa respon investor terhadap aksi penolakan hasil perhitungan pilpres itu masih akan mewarnai pergerakan IHSG BEI ke depannya.
“Laju IHSG BEI berotensi melemah kembali, namun diharapkan pelaku pasar dapat lebih rasional dan memanfaatkan pelemahan untuk mencari saham-saham yang berfundamental baik,” kata Reza Priyambada yang juga Sekretaris Umum Forum Komunikasi CSA (certified securities analyst).
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai bahwa koreksi indeks BEI pada Selasa (22/7) ini sifatnya masih wajar, secara teknikal IHSG BEI masih berada di atas level batas bawah (support).
Kemudian, lanjut dia, secara fundamental arus dana asing juga masih terlihat cukup baik. Masuknya dana asing itu tidak lepas dari kondisi ekonomi dan politik Indonesia yang masih cukup terkendali pasca pengumuman hasil pilpres.
“Jika hasil dari pesta demokrasi kita sudah terpapar dengan jelas dan aman, potensi saham-saham di dalam negeri menguat cukup terbuka. jika ada koreksi itu pun wajar,” ucapnya.
IHSG BEI pada Selasa (22/7) ini ditutup melemah sebesar 43,60 poin atau 0,85 persen ke posisi 5.083,52. Transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 277.027 kali dengan volume mencapai 5,53 miliar lembar saham senilai Rp7,48 triliun.
Rupiah Keok
Berdasarkan data Reuters, dolar diperdagangkan di posisi Rp 11.580. Melemah dibandingkan saat pembukaan pasar yaitu Rp 11.515. Menurut data Mega Capital, dolar diperdagangkan di posisi Rp 11.654.
Sementara di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dolar diperdagangkan di Rp 11.577 untuk jual dan Rp 11.537 untuk beli. Lalu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memperdagangkan dolar di posisi Rp 11.418 untuk beli dan Rp 11.632 untuk jual.
Eric Alexander Sugandi, Ekonom Standard Charterd Bank, menilai pelaku pasar merasakan ketidakpastian akibat pernyataan Prabowo. “Pasar mengalami uncertainty. Market masih akan melihat langkah apa yang akan diambil Prabowo atas hasil pilpres di KPU,” katanya, Selasa (22/7).
Meski demikian, lanjut Eric, masih ada sisi positif dari pelaksanaan pilpres kali ini yaitu tidak ada konflik. “Mungkin kalau demo ada, tapi nggak sampai rusuh. Kemungkinannya kecil karena Pak Prabowo sudah pernah menyatakan lebih akan menempuh langkah hukum bukan kekerasan. Apalagi polisi dan tentara sudah siaga I. Gerindra juga pasti dia menjaga reputasi partainya,” paparnya.
BI Siap Intervensi
Bank Indonesia (BI) memastikan akan melakukan intervensi secara total jika nilti tukar rupiah terus terpuruk terserempet sentimen hasil pemilihan presiden (Pilpres).
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacob mengungkapkan BI dalam hal ini siap melakukan intervensi jika pelemahan terus berlanjut.
“Kami ada di pasar kalau ada volatile yang tajam. Kalau volatile ini di luar fundamental maka kami akan intervensi,” kata Peter kepada wartawan, Selasa (22/7).
Peter juga menjelaskan pelemahan yang terjadi di pasar saham dan pasar keuangan Indonesia akibat keputusan salah satu capres tersebut dinilai wajar.
Dengan adanya sikap Prabowo Subianto tersebut dikatakan peter diartikan oleh para pelaku pasar akan terjadi sedikit kompleksitas dalam menuju Indonesia dengan pemimpin baru.
“Banyak yang tidak menyangka karena salah satu capres menolak hasil Komisi Pemilihan Umum (KPU). BI menilai wajar kalau volatile,” tegasnya.
Terlepas dari permasalahan yang ada, dikatakan Peter, sebenarnya rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa melanjutkan tren penguatannya seperti beberapa hari terahir jika apapun hasil keputusan KPU dapat diterima oleh semua pihak termasuk pihak capres pasangan nomor urut 1.
“Kami sudah perkirakan. Kalau salah satu capres mau mengalah dan damai pasti rupiah bisa menguat lagi. Ini sesuatu yang wajar karena memang sentimennya begitu,” pungkasnya. (ant/dtf/l6)

Close Ads X
Close Ads X