Cara Benar Menanam Bayam

1406panen_bayam (1) Bayam bayam-tubuh-770x300 budidaya-bayam irrigated-spinach-stein P010611_15.21 P1210244
Di antara berbagai macam jenis sayuran yang paling ­banyak dikonsumsi masyarakat, bayam adalah salah satu diantaranya. Bayam yang memiliki nama ilmiah Amaranthus spp, berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini awalnya hanya dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias. Namun dalam perkembangannya, tanaman bayam beralih fungsi menjadi bahan pangan yang kaya akan protein dan zat besi.
Tanaman bayam diperkirakan ­masuk ke Indonesia sekitar abad XIX di saat lalu lintas per­dagangan ­internasional mulai berjalan dan ­-banyak orang luar negeri yang datang ke wilayah ­Indonesia. Saat ini total lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya bayam di Indonesia mencapai 31.981 hektar yang tersebar di beberapa wilayah, yakni di Jawa Timur 3.022 hektar, di Jawa Tengah 3.479 hektar, di Jawa Barat 4.273 hektar, sedang di propinsi lainnya sekitar 2.376 hektar. Produk bayam nasional saat ini mencapai 72.369 ton atau rata-rata 22,63 ­kuintal/ hektar.
Cara Menanam
Tanaman dari family Amaranthaceae ini meski memiliki sekitar 800 spesies bayam, namun seringkali hanya di­bedakan atas 2 jenis, yakni bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar sendiri terdiri atas 2 macam, yakni bayam tanah (A. blitum L.) serta bayam berduri (A. spinosus L.). Ciri utama dari bayam liar, warna batangnya merah dengan daun yang kaku (kasap).
Sedang untuk jenis bayam budidaya juga dibedakan atas 2 macam, yakni: Bayam cabut yang juga dikenal dengan bayam sekul atau bayam putih (A. ­tricolor L.), dengan ciri warna batangnya kemerah-merahan atau hijau keputih-putihan, dan bunganya keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang berbatang merah kerap disebut bayam merah, sedang yang berbatang putih sering disebut bayam putih.
Jenis bayam budidaya yang kedua adalah bayam tahun yang sering di­sebut bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri-ciri dari bayam ini, daunnya lebar-lebar. Bayam skop ini memiliki 2 spesies, pertama hybridus caudatus L., yang mempunyai daun agak panjang berujung runcing, de­ngan warna hijau kemerah-merahan atau merah tua. Kedua, hibridus ­paniculatus L., dengan ciri memiliki dasar daun yang lebar sekali, ­warnanya hijau, serta rangkaian bunganya ­panjang tersusun teratur dan besar-besar yang tumbuh pada ketiak daun.
Untuk dapat mengetahui budidaya dan cara menanam bayam yang baik simak beberapa tahapan berikut ini:
Pertama, syarat pertumbuhan. Tanaman bayam paling cocok jika ditanam di daerah dataran dengan curah hujan yang juga cukup tinggi hingga men­capai lebih dari 1.500 mm / tahun. Selain itu, tanaman bayam juga membutuhkan sinar matahari ­penuh, sehingga jika tempat tumbuhnya ternaungi, maka pertumbuhannya tidak akan dapat maksimal. Namun demikian, untuk tanaman bayam yang pertumbuhannya sudah cukup tinggi, angin kencang dapat menjadi musuh utamanya karena dapat merobohkan tanaman. Suhu yang ideal untuk tumbuh kembangnya tanaman ini berkisar antara 16o – 20o Celcius, dengan kelembaban udara antara 40 – 60%. Tanaman bayam akan tumbuh dengan baik jika ditanam di tanah yang gembur dan subur, dan kandungan haranya terpenuhi. Bayam tergolong peka terhadap pH tanah. Jika pH tanah di atas 7 (alkalis), daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning – ku­ningan (klorosis) dalam pertumbuhannya. Sebaliknya, jika pH di bawah 6 (asam), bayam tidak akan tumbuh sempurna akibat kekurangan beberapa unsur. Karena itu pH tanah yang ideal bagi tanaman bayam antara 6 – 7. Bayam juga sangat membutuhkan air yang cukup dalam pertumbuhannya. Jika sampai kekurangan air, maka pertumbuhannya akan terganggu. Untuk itu, tanamlah bayam pada akhir musim kemarau atau di awal musim hujan.
Kedua, pembibitan atau pem­benihan. Benih tanaman bayam harus berasal dari induk yang sehat, memiliki kemurnian benih dengan daya ber­kecambah mencapai 80%, dengan tujuan agar dalam pertumbuhannya nanti memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit. Untuk lahan seluas 1 hektar, benih yang dibutuhkan berkisar antara 5 – 10 kg, atau 0,5 – 1,0 gram per m2 luas lahan.
Untuk proses pembibitan dilakukan beberapa proses, seperti :
a. Pilihlah tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya untuk lahan pembibitan, agar terbebas dari hama dan penyakit tanaman. Lahan pembibitan harus diberi atap, bisa dibuat dari plastik atau atap jerami padi. Benih bayam selanjutnya disebar secara merata atau disebar berbaris – baris pada lahan persemaian sebelum di­tutup dengan selapis tanah tipis.
b. Lakukan penyiraman de­ngan teratur dan hati-hati selama pe­meliharaan benih / bibit. Jika diperlukan, gunakan pupuk kandang untuk menjaga kesuburan tanah. Jika dalam pertumbuhannya ada bibit yang terserang hama/penyakit, semprotlah dengan pestisida dosis rendah.
c. Ketika bibit berumur 7 – 14 hari, pindahkan bibit-bibit tersebut ke dalam pot-pot yang terbuat dari kantong plastik atau daun pisang yang sebelumnya diisi dengan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk organik halus (1:1). Siram dengan teratur bibit dalam pot setelah berumur 7 – 14 hari, hingga siap untuk dipindahkan ke lahan tanam.
Ketiga, pengolahan media tanam. Pembuatan media tanam dilakukan dengan mencangkul/membajak tanah sedalam 30 – 40 cm. Seluruh sisa ­tanaman serta gulma disingkirkan, dan tanah diratakan. Biarkan lahan tersebut selama beberapa hari agar tanah benar-benar matang. Proses selanjutnya dari pengolahan Media tanam adalah  membuat bedengan dengan lebar antara 120 – 160 cm, tergantung populasi tanaman yang nantinya akan ditanam. Buat juga parit antar bedengan selebar 20 – 30 cm, dengan kedalaman 30 cm untuk drainase. Di atas bedengan itulah lubang – lubang tanam dibuat dengan jarak antar barisan 60-80 cm, dan jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.
Jika pH tanah terlalu rendah, lakukanlah pengapuran dengan menggunakan kapur pertanian seperti Calcit maupun Dolomit. Untuk tipe tanah pasir dan pasir berlempung, diperlukan ± 988 kg kapur pertanian / ha.Sedang kebutuhan kapur pertanian untuk tanah lempung berpasir dan liat berlempung sekitar 1.730 – 4.493 kg / hektar. Sebaliknya, jika ingin menurunkan pH tanah, gunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum sebanyak 6 ton / hektar. Pemberian tepung belerang dilakukan dengan cara menyebarkannya secara merata dan dicampur tanah sekitar sebulan sebelum tanam.
Sekitar 1 – 2 minggu sebelum tanam, berikan pupuk kandang yang telah masak dengan cara menyebarkannya secara merata di atas bedengan, lalu diaduk dengan tanah lapisan atas. Pemupukan diberikan per lubanng tanam dengan cara memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Untuk setiap lubang tanam di­butuhkan sekitar 1-2 kg pupuk kandang, sehingga untuk setiap hektar diperlukan pupuk kandang sekitar 10 ton.
Agar hasil produksi memiliki ­kualitas yang baik maka, saat penanaman se­baiknya diberi mulsa atau dipasang palstik perak-hitam. Penggunaan plastik ini bertujuan untuk mengurangi se­rangan hama dan penyakit, termasuk juga ­gangguan gulma. (int)

Close Ads X
Close Ads X