Ubi Cilembu dan Bambu Tembus Pasar Eropa

Jakarta | Jurnal Asia
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat angka im­por sapi hingga Juli 2014 sangat tinggi, sehingga jika dibiarkan akan me­­­ngulang kejadian pada 2010. Pada waktu itu harga daging sapi lokal anjlok dan peternak tidak bergairah berternak sapi. Jakarta | Jurnal Asia
Produk-produk pertanian khas In­­donesia makin disukai pasar eks­por seperti di Eropa. Selain salak, manggis, dan pisang,  produk lainnya seperti mangga, ubi cilembu dan lucky bamboo (bambu) juga diekspor. Menteri Koo­rdinator Bidang Pe­rekonomian Chairul Tanjung, Menteri Pertanian Suswono, dan Wakil Menteri Per­dagangan Bayu Krisnamurthi ber­­­­­­gantian melepas ekspor produk pertanian di Pasar Promosi di Gedung Eks RS Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (24/7).
Produk yang diekspor diantaranya Lucky bamboo yang diekspor mulai Agustus-September ke Azerbaijan, Malaysia, Saudi Arabia, Belanda dan Turki oleh Gabungan Kelompok Tani melalui CV. Rian Karya. Kemudian mangga gedong gincu diekspor mulai Agustus ke Du­bai, Uni­ Emirat Arab oleh CV. Sumber Buah,  Se­­­­m­entara Ubi Cilembu, mulai Agustus diekspor ke Hong Kong, Singapura, Thailand oleh Kelompok agribisnis Ubi Cilembu Pelopor (KAUCP).
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Per­tanian (P2HP) Kementerian Pertanian Yusni Emilia Ha­rahap mengatakan, untuk ubi ci­lembu sudah yang ke 20 kali diekspor ke Singapura dan Hong Kong.
“Volume sekali pengiriman 2-3 ton, dengan harga Rp 17.000 per kg, kalau di dalam negeri cilembu harganya Rp 10.000 per kg. Ini ubi khas sekali di Indonesia juga hanya dibeberapa daerah di Jawa Barat bisa tumbuh,” tutupnya.
Ekspor Bunga Meningkat
Ternyata produk-produk pertanian Indonesia yang kini semakin banyak di­ekspor keluar negeri bukan hanya buah-buahan, tetapi juga bunga-bungaan yang justru cukup banyak dan terus meningkat permintaannya.
Menteri Pertanian Suswono me­nyampaikan permintaan ekspor di produk bunga-bungaan semakin hari semakin mengalami peningkatan. “Untuk bunga-bungaan relatif cukup banyak terutama diekspor ke negara-negara Timur Tengah dan Eropa, permintaannya meningkat terus. Se­hingga sekarang ini petani-petani bunga lebih makmur di­banding pe­­­tani pangan,” pungkasnya saat di­temui di Jakarta, Kamis (24/7). Dirinya mengkhawatirkan adanya peralihan lahan pangan menjadi lahan bunga karena dianggap le­bih menguntungkan. “Namun ini dikhawatirkan bila nantinya lahan pangan beralih ke bunga-bungaan kan sangat berbahaya. Makanya kita sedang mengatur agar pangan ini tetap jadi prioritas,” tandasnya.
Dirinya juga menambahkan pe­nyediaan lahan pangan harus terus ditambah karena hal tersebut men­jadikan biaya produksi tinggi.
“Lahan petani pangan ini harus ditambah agar lebih efisien, karena ini yang menjadi faktor mengapa biaya produksi tinggi. Oleh sebab itu semoga persoalan lahan ini bisa segera diselesaikan,” tutupnya.
(dtf-oz)

Close Ads X
Close Ads X