Ekspor Kuda Sumba ke Malaysia Meningkat

Jakarta | Jurnal Asia
Jumlah permintaan Kuda Sumba (Kuda Sandel) asal Indonesia ke Malaysia terus meningkat. Penjajakan ekspor kuda pertama ke Malaysia terjadi pada 1984. Malaysia jadi negara paling besar mengimpor kuda dari Indonesia dengan jumlah total 96 ekor. “Pertama kali terjadi di tahun 1984 saat itu kita berikan tanda mata seekor kuda kepada Dipertuan Agung Sultan Kedah,” kata Wakil Yayasan Pamulang Equestrian Centre, Sigit Samsu, Rabu (30/7).
Menurut catatan Sigit, ekspor kuda secara resmi ke Malaysia terjadi di tahun 1995 sebanyak 24 ekor kuda. Selanjutnya disusul pada 2004 mencapai 12 ekor. Tahun 2006 Malaysia kembali memesan kuda Indonesia sebanyak 12 ekor.
Malaysia baru memesan kembali kuda Indonesia di tahun 2014 dengan jumlah kontrak sebanyak 24 ekor. Dari jumlah itu, sebanyak 12 ekor kuda sudah dikirim minggu lalu tepatnya tanggal 25 Juli 2014 dengan pesawat Malaysia Airlines.
“Sisanya yaitu 12 ekor baru akan kita kirimkan akhir tahun ini paling cepat atau paling lambat awal tahun depan. 12 ekor pertama sudah dikirim via MH330,” imbuhnya.
Semua kuda Indonesia yang diekspor ke Malaysia adalah jenis Kuda Sandel atau Kuda Sumba dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Semua kuda yang dikirim ke Malaysia sudah lolos tes medis Karantina.
“Ini semua awalnya kuda liar yang kita latih selama 6 sampai 7 bulan. Kita kirim ke Malaysia tentunya sudah melihat dari persyaratan seperti terlatih dan lulus genetik tes dan kesehatan dari Karantina,” jelasnya.
Dibandrol Rp35 Juta
Sigit Samsu mengungkapkan harga kuda asal Indonesia di pasar ekspor terbilang cukup murah daripada jenis kuda dari negara lain. Kuda sandel/sumba hanya dihargai Rp 35 juta/ekor di pasar ekspor, seperti di Malaysia.
“Jelas lebih murah ketimbang kuda jenis warmbloods asal Jerman dan polo dari Argentina,” ungkapnya.
Menurut Sigit, harga satu ekor kuda warmblood di Indonesia bisa mencapai Rp 3,7 miliar per ekor. Sedangkan jenis kuda polo harganya bisa mencapai Rp 200 juta hingga Rp 1 miliar/ekor.
Sigit menjelaskan salah satu alasan rendahnya harga kuda lokal adalah kurangnya promosi oleh pemerintah. Selain itu, tidak adanya upaya mem­bangun citra produk kuda asal Indonesia ke dunia internasional.
“Kadang-kadang rendahnya harga juga berkaitan dengan nama atau branding. Tidak adanya branding berarti tidak ada nilai tambah. Lalu promosi juga hampir tidak ada,” imbuhnya.
Sigit menambahkan kualitas kuda Indonesia tidak kalah dibandingkan jenis kuda lainnya. Kuda sandel/sumba dikenal memiliki kaki yang cukup kuat. Saat ini, kuda sandel memiliki postur tubuh yang jauh lebih kekar dan besar, hampir menyamai kualitas dari jenis kuda polo dan warmblood.
“Kita punya program Pembentukan Kuda Pacu Indonesia prosesnya 40 tahun dimulai sejak tahun 1970. Hasil persilangan kuda sandel betina dengan kuda besar crown. Hasilnya menjadi kuda sandel generasi pertama kuda pacu Indonesia dengan tubuh besar dan kaki kuat,” jelasnya.
Tak Khawatir Klaim
Meski Malaysia satu-satunya negara pengimpor kuda asal Indonesia, namun pihak eksportir kuda tak khawatir kuda-kuda mereka dikembangkan di negara tujuan ekspor seperti Malaysia, bahkan mereka pun tak takut kuda-kuda sandel atau Kuda Sumba yang mereka ekspor diklaim.
“Kita tidak pernah takut kuda yang kami ekspor akan diklaim mereka (Malaysia),” tegas Sigit Samsu.
Sigit beralasan jenis kuda yang diekspor ke Malaysia yaitu kuda sandel/sumba telah tercatat di BMA Marking atau pelabelan dan penandaan di Malaysia. BMA Marking ditempel di bagian tubuh kuda.
“Karena ada BMA Marking, dikem­bangkan dimanapun saja kuda itu dia tidak bisa diklaim Malaysia. Kuda Sumba ya dari Sumba bukan dari daerah lain,” imbuhnya.
Alasan kedua adalah Indonesia hanya mengekspor jenis kuda jantan bukan betina. Itu artinya sulit bagi Malaysia untuk menciptakan jenis kuda serupa walaupun sudah dikawinkan dengan jenis kuda dari negara lain.
“Makanya kita memberikan jaminan klaim itu tidak akan terjadi. Kita hanya ekspor kuda jenis laki-laki,” katanya.
Di Malaysia, puluhan kuda Indonesia tidak hanya ditempatkan di Taman Rekreasi Tasik Titiwangsa Kuala Lumpur, tetapi ada beberapa yang dijadikan kuda pacu. “Tidak hanya untuk taman rekreasi tetapi ada yang dibuat untuk pacuan kuda,” cetusnya. (Dtf)

Close Ads X
Close Ads X