Memasuki Tahun Ajaran Baru 2014-2015, Dharmavira LKUBI Adakan Dharma Talk

FOTO HL
Medan | Jurnal Asia
Memasuki tahun ajaran baru 2014–2015, Dharmavira Lembaga Komunikasi Umat Buddha Indonesia (LKUBI) mengadakan Dharma Talk di Vihara Tridharma Mulia Jalan Japaris Gang Kemala II Medan, Minggu (17/8) mulai pukul 10.00 sampai 11.30 WIB.  Dharmavira LKUBI, Pdt Peter Lim, MBA menjadi narasumber dalam dharma talk tersebut.
Acara ini juga dihadiri Pembina Majelis Buddha Tridharma Mulia Medan, Bambang ES, Ketua Yayasan Vihara Tridharma Mulia, Ismet, Elly, muda mudi Vihara Tridharma Mulia Medan serta siswa–siswi perguruan Hang Kesturi Medan.
Acara diawali dengan Pembacaan Paritta–Paritta suci, meditasi, dharma talk dan diakhirnya dengan melaksanakan dana paramita untuk melepaskan kemelekatan serta keserakahan.
Topik dharma talk: “Hidup berkesadaran”. Untuk apa hidup ratusan tahun tetapi tidak sanggup berbuat baik. Lebih baik hidup satu hari saja tetapi penuh dengan kebajikan.
Pdt Peter Lim, MBA menegaskan, kita sangat berutang budi kepada siapapun juga. Oleh karena itu, kita harus membalas atau melunasinya dengan tahu berterima kasih, menghargai dan mensyukuri apapun yang telah dimiliki.
“Bagi seorang pelajar, wujud nyata dari tahu berterima kasih kepada orang tua adalah dengan belajar sebaik mungkin, me­raih prestasi yang optimal dan menjaga sila (moralitas) dengan baik,” pesannya di­sela-sela kegiatan dharma talk, Minggu (17/8).
Dikatakan Pdt Peter Lim, MBA yang juga Penyuluh Agama Buddha Kementrian Agama kota Medan tersebut, dalam kitab suci Sigalovada Sutta diterangkan, ada 5 cara bagi seorang anak memperlakukan orang tuanya. Yakni, merawat mereka dengan sebaik-baiknya, memikul beban kewajiban–kewajiban mereka, mempertahankan keturunan dan tradisi keluarga, menjadikan diri “pantas” menerima warisan serta melakukan perbuatan–perbuatan baik dan upacara agama setelah mereka meninggal dunia.
“Sedangkan perlakuan terhadap para guru, siswa dianjurkan bangkit dari tempat duduk untuk memberi hormat. Melayani mereka, bersemangat belajar, memberikan jasa–jasa kepada mereka serta memberikan perhatian sewaktu menerima ajaran dari mereka,” tandas Pdt Peter Lim, MBA.
Di samping itu, lanjutnya, kepada siapapun juga, harus selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat dan terpuji. Jangan sekali-kali me­nye­pelekan atau menghina orang lain, apapun status sosialnya atau kedudukannya.
“Agar hidup ini senantiasa bermakna, maka setiap umat Buddha harus berpedoman kepada Pancasila Buddhis atau tidak membunuh, mencuri, berzinah, berdusta dan bermabukan untuk meningkatkan dirinya secara moral dan spiritual. Moralitas adalah langkah pertama dalam jalan menuju kebahagiaan abadi. Moralitas adalah pondasi spiritual yang mendasar,” pungkasnya.
Tanpa landasan ini, katanya, tidak akan ada kemajuan manusia dan kemajuan spiritual. Setelah menegakkan pondasi moral, seseorang dapat melanjutkannya untuk mengembangkan pikiran dan kebijaksanaannya.
Menutup Dharma Talk, Pdt Peter Lim mengutip sabda Sang Buddha yang ter­dapat pada kitab suci ANGUTTARA NIKAYA I:61. “Ada 2 orang manusia yang padanya kita tidak pernah dapat membayarnya? Siapa mereka berdua?Ayah dan ibu kita. Walaupun kita mendukung me­reka dipunggung kita ratusan tahun, menyokong mereka, mengurapi mereka dengan obat – obatan, memandikan dan menguruti anggota tubuh mereka dan membersihkan kekotorannya, hal itu tidak akan membayar kembali jasa mereka.
Walau untuk itu kita memberinya kekuasaan pada seluruh dunia, kita tidak akan membayar kembali jasanya. Kenapa? Sebab orang tua berbuat demikian banyak pada anak–anaknya. Mereka membesarkannya, memberi mereka makan, mengenalkan isi dunia ini.
Tetapi, barang siapa dapat menye­bab­kan orang tuanya yang tidak percaya menjadi percaya, orang tuanya yang tidak bermoral menjadi bermoral, orang tuanya yang kikir menjadi dermawan, orang tuanya yang dungu menjadi bijaksana, dia­lah seorang yang dengan melakukan hal diatas dapat membayar jasa orang tua mereka, bahkan lebih dari sekadar pem­balasan jasa. (netty guslina)

Close Ads X
Close Ads X