Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki potensi menggagumkan dalam penyediaan bahan baku tumbuhan obat. Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat di Indonesia, baru 20-22% yang dibudidayakan, sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan. Salah satu tanaman obat potensial yang tumbuh subur di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal serta memiliki beragam fungsi dan manfaat adalah kapulaga.
Tanaman Kapulaga yang dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan Elletria Cardamomum merupakan salah satu diantara tanaman rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berprospek cerah mengingat kapulaga sebagai bahan “obat alam”, diyakini tidak mempunyai efek samping dibanding dengan menggunakan obat kimiawi. Oleh karena itu, apabila potensi tanaman obat kapulaga digarap dengan baik, akan sangat membantu meningkatkan roda perekonomian masyarakat serta pemasukan devisa negara.
Tanaman kapulaga merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun, bentuknya seperti tumbuhan jahe dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter. Kapulaga memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling. Bunganya tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya.
Secara umum, tanaman kapulaga mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1986 yaitu jenis tanaman kapulaga jawa (Amomum cardomomum) dan kapulaga sabrang (Elettaria cardomomum) yang berasal dari India.
Tanaman kapulaga sendiri mempunyai banyak nama daerah diantaranya Kapulaga, Kardamon (Aceh, Melayu), kardamunggu atau Gardamunggu (Jakarta), Palago, Pelaga, atau Puwar (Minangkabau), Kapol, Kapol sebrang, Pelaga (Sunda), Kapulogo, Kapulogo sabrang, Pulogo, Kapol sabrang (Jawa), Kapolagha atau Palagha (Madura), Kapolagha, Korkolaka (Bali), Gandimong (Bugis), Garidimong atau Kapulaga (Ujung Pandang).
Orang Tionghoa menyebutnya pai thou kou (bahasa Tionghoa). Orang Yunani biasa menyebut cardamomom yang kemudian dilatinkan oleh orang Romawi menjadi cardamomum. Dalam bahasa Inggris disebut cardamom. Dalam bahasa Thai disebut krava, elaichi dalam bahasa Hindi, dan elakkaai dalam bahasa Tamil sedangkan di Malaysia dikenal dengan nama Pelaga (Malaysia).
Selain tumbuh liar di kebun dan pekarangan, tanaman kapulaga juga dapat dibudidayakan dengan sistem tumpangsari (agroforestry), yaitu menjadi tanaman sela dalam perkebunan maupun kehutanan seperti yang ditemukan di Cirebon, Jawa Barat dan Purwerejo Jawa Tengah. Tanaman kapulaga ini dapat tumbuh dan berkembang dengan subur ditempat teduh dibawah tegakan pohon diantaranya pohon sengon, pinus dan jati.
Potensi dan Manfaat
Kapulaga selama ini dikenal sebagai rempah untuk masakan dan juga lebih banyak digunakan untuk campuran jamu. Hampir semua bagian tanaman kapulaga dapat dimanfaatkan sebagai obat, mulai dari batang, buah hingga rimpangnya. Seluruh bagian tanaman kapulaga direbus dengan air selama kurang lebih 15 menit. Lalu diminum untuk obat kuat bagi orang yang merasa lemas atau lemah akibat kecapaian dan berguna bagi orang yang berpenyakit kejang perut, encok atau rematik. Kadang-kadang juga digunakan sebagai afrodisiaka yaitu untuk meningkatkan libido dan mengobati impotensi, sedangkan biji kapulaga dapat dipakai untuk bumbu.
Selain itu, air rebusan batang kapulaga untuk obat menurunkan panas, sedangkan buahnya dipergunakan untuk bahan penyedap dan penyegar makanan serta minuman. Buah kapulaga juga berkhasiat menghilangkan rasa gatal pada tenggorokan, sebagai obat batuk, dan obat sakit perut.
Rimpang kapulaga sering digunakan untuk menghilangkan bau mulut, untuk obat batuk, dan menurunkan panas (sebagai antipiretikum). Rimpang yang dikeringkan, lalu digiling, kemudian direbus dapat menjadi minuman penghangat bagi orang yang kedinginan, terutama bagi yang tinggal di pegunungan, di daerah beriklim dingin atau di hutan yang sangat lembab. Minuman ini sekaligus dapat mengobati sakit panas dalam. Selain itu, ternyata di Amerika kapulaga banyak digunakan sebagai bahan penyedap dalam pembuatan es krim dan soft drink.
Syarat Tumbuh
Tanah yang cocok untuk ditanami kapulaga adalah tanah lempung yang berwarna coklat, memiliki humus tebal dan berdrainase baik. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang memiliki topografi rata sampai miring dapat ditanami tanaman ini. Di lahan yang berlereng curam, rumpun tanaman yang terbentuk akan berfungsi mengurangi atau menghambat aliran air permukaan yang berlebihan sehingga erosi permukaan dapat ditekan.
Sedangkan untuk iklim, tanaman kapulaga menghendaki kelembaban udara cukup tinggi yaitu 40 – 75%, dengan curah hujan berkisar antara 2.500 – 4000 milimeter per tahun. Suhu harian rata-rata darah tempat tumbuh tanaman kapulaga adalah berkisar antara 20 – 30 derajat celcius, dengan intensitas cahaya terbaik bagi pertumbuhan tanaman berkisar antara 30 – 70%. Kelebihan lain dari tanaman kapulaga adalah dapat tumbuh baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Sementara itu untuk memperoleh hasil yang terbaik, ketinggian pada 300 – 500 meter dari permukaan air laut merupakan daerah budidaya yang paling tepat.
Budidaya
Penyediaan bibit kapulaga umumnya diperbanyak dengan anakan atau tunas baru atau percabangan rizoma yang membentuk tunas. Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih kurang 50 cm dengan akar rizoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizoma yang sudah tua pertumbuhannya kurang baik. Persiapan lobang tanam dilakukan sebulan sebelum penanaman dengan terlebih dahulu dibuat lobang tanam dengan ukuran panjang 50 cm dan dalamnya 40 cm. Sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah dikembalikan lagi ke dalam lobang, sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupuk kandang secukupnya.
Untuk penanaman, sebaiknya dibuatkan penaung. Penaung ditanam sebelum penanaman kapulaga sehingga pada saat tanam, penaung telah berfungsi dengan baik. Jenis penaung diantaranya adalah : Lamtoro, dadap dan lain sebagainya dengan perbandingan 1 : 2 (1 penaung – 2 kapulaga). Waktu tanam yang baik yaitu awal bulan hujan, yaitu sekitar bulan Oktober – Desember. Caranya: bila tanah olahan atau lobang tanam telah tersedia dan bibit telah disiapkan, kemudian buat lobang kecil, letakkan bibit sedalam 10 – 15 cm. Tanah di sekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan tunas agar tidak sampai terganggu (terluka atau patah). Jarak tanam untuk kapulaga bisa digunakan 1m x 1,5m atau 1m x 2m dan juga bisa 1,5m x 2m.
Beberapa pekerjaan penting dalam pemeliharaan kapulaga yang harus dilakukan antara lain: penyiangan rumput atau pengendalian gulma, penggemburan diluar rumpun untuk merangsang perumbuhan anakan rimpang sehingga bisa tumbuh lebih baik, pemotongan daun kering untuk tidak menghalangi penyerbukan bunga, pemotongan batang yang sudah agak tua atau menguning untuk memberi kesempatan batang muda tumbuh dengan baik, pengaturan anakan agar tidak tumpang tindih dan untuk merangsang pertumbuhan bunga atau buah juga unuk mengurangi penguapan pada musim kemarau serta untuk mendapatkan anakan atau bibit baru.
Di masa pemeliharaan ini, yang tidak kalah pentingnya juga pemberian mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa. Untuk lebih meningkatkan mutu maka perlu dilakukan pemupukan mengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehingga pemupukan sangat diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupuk buatan. Adapun cara dan jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
Untuk pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saat penggemburan diluar rumpun sebanyak 1 – 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk pupuk buatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan pupuk urea dan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluar rumpun atau disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman dan lingkungan.
Pupuk buatan diberikan 10 – 12,5 gram berupa Urea dan TSP. Pupuk ini diberikan diluar rumpun pada batas perakaran dengan membuat selokan kecil, kemudian ditutup dengan tanah dan disiram seperlunya.
Panen
Kapulaga dapat memberikan hasil setelah berumur 2 – 3 tahun. Kapulaga berbuah sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidak menentu. Dalam pemanenan kapulaga dikenal istilah panen besar 4 kali dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10 – 15 tahun. Hasil panen per hektar bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun dan ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun.
Adapun syarat-syarat pemanenan kapulaga adalah buah harus dipanen sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering, buah akan pecah dan warnanya juga kurang bagus. Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan. Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah. Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampai kering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau dikering anginkan.
(int)