Hermann Delago, Sukses Kolaborasikan Budaya Eropa dan Batak

IMG_47551 2 3 4
Medan | Jurnal Asia
Musisi terkenal Austria, Hermann Delago sukses mengkolaborasi budaya Eropa dan Batak di Austrian Tobatak Orchestra di Convention Hall Hotel Tiara Medan, Rabu (20/8) malam. Puluhan lagu yang dibawakan dengan iringi sekitar 90 ochestra menghipnotis penonton. Lagu pertama yang dilantunkan pria berjas dengan motif ulos dan celana pendek khas Eropa berjudul “Butet”. “I doge doge doge I dogei doge doge. Orang Austria saja bisa, ayo mana orang Batak harus bisa,” ujarnya.
Setelah mengambil tempat di panggung, seluruh anggota orchestra langsung memainkan musik berirama tor-tor Batak Toba. Viky Sianipar pun naik ke atas pangung memainkan gon­dang tagadingnya.
“Horas ! Horas ! Horas. Ini konser pertama saya. Musik percampuran budaya Batak dan Eropa, itulah konser malam ini,” ucapnya semangat.
Kemudian, ia melanjutkan kagu keduanya ber­judul Boasama Sai Marsak Ho dibawakannya bersama penyanyi asal Austria Tasha Koch. “Ini lagu saya belajar di kedai tuak dulu tahun 1997,” katanya sambil tersenyum.
Bahkan usai menyanyikan lagu Boa­sama Sai Marsak Ho yang bermakna jangan bersedih ini, Hermann De­la­go menangis. “Hah saya sampai me­nangis,” katanya.
Masih dengan Tasha, ia pun kem­bali membawakan lagu asal tanah ba­tak, Butet. Lagu Butet dibawakan de­ngan sedikit ngerock, ia pun begitu ber­semangat. Lagu Butet memiliki kesan ter­sendiri bagi Herman, karena lagu Ba­tak yang pertama kali ia dengar adalah ‘Butet’.
Ia juga mengajak Retta Sitorus, Eva Schatz, Tongam, Marsada menemaninya ke atas panggung. Tidak ketinggalan, Herman juga membawakan beberapa lagu barat, diantaranya I Will Always love you, Nothing Compreses to You, November Rain dan lagu legendaris dari band asal Inggris The Beatles berjudul Hey Jude.
Di penampilan terakhirnya, ia mengajak Viky Sianipar menemaninya un­­tuk memainkan gitar dan gon­dang­nya. Viky mengatakan konser kali ini lebih bertujuan untuk mempromosikan budaya Batak ke dunia International dan juga mengenalkan budaya Austria yang diakui memiliki beberapa kesamaan dengan budaya di Indonesia.
“Ini sudah jadi mimpi kita lama, harapannya 90 peserta ocestra dari Austria ini nantinya bisa menceritakan seperti apa keindahan dan budaya di sini, ini jadi tempat promosi,” katanya.
Viky pun tanpa segan memastikan bila konsernya bersama Hermann Delago dapat menghibur semua penonton baik anak-anak sampai orang tua. “Aku pastikan enjoy mendengarkan lagu ini. Lagu bataknya tetap terasa,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Sumut, Erry Nuradi memberi apresiasinya terhadap Herman dan tim beserta penyanyi asal Sumut. “Menampilkan orchestra yang cukup luar biasa, mengenalkan budaya Sumut ke negara Eropa. Kita berharap dengan orchestra ini nantinya orang akan mengetahui kalau Batak ada di Sumut dan sumut ada di Indonesia. Karena se­­lama ini banyak yang tahu Bali tapi gak tahu Indonesia. Kami dari Pe­­merintahan Provinsi Sumut sangat men­dukung saat panitia dari Asosiasi Pe­­laku Pariwisata Indonesia (APPI) me­la­kukan audiensi ke kami. Kami sangat men­dukung,” katanya.
Austrian Tobatak Orchestra ini juga akan dilaksanakan di Openstage Tuk-tuk Siadong, Sabtu (23/8) mendatang, gratis dan terbuka untuk umum. “Saya ha­rap orang Medan bisa lihat ke sana,” ha­rap Hermann. (bowo)

Close Ads X
Close Ads X