Pelayanan BICT Perlu Ditingkatkan

Belawan | Jurnal Asia
Sejumlah pengguna jasa ke pelabuhanan yang berkepentingan terhadap kelancaran arus barang ekspor/impor, berharap agar pihak Belawan Internasional Container Terminal (BICT) di bawah pimpinan, Alfin Alkaf lebih meningkatkan pelayanan di Pelabuhan International tersebut.
“Kita berharap agar Komisaris Utama, Iskandar Abu Bakar dan Dirut Pelindo-I, Bambang Eka Cahyana mengevaluasi GM BICT Alfin Alkaf yang dinilai gagal mengatasi berbagai masalah di Pelabuhan BICT Belawan. Jika kegagalan itu tetap dibiarkan maka dikhawatiran kita, pendapatan Pelindo-I tidak akan mencukupi target dan bisa berdampak buruk pada jajaran Direksi,” sebut pengguna jasa di Pelabuhan BICT yang minta namanya dirahasiakan, karena jika diketahui, takut kalau barangnya akan dipersulit saat keluar dari Pelabuhan, kemarin.
Sebagaimana diketahui, di antara masalah yang dikeluhkan pengguna jasa Pelabuhan BICT Belawan, di antaranya minimnya sarana dan prasarana di Pelabuhan International itu. Peralatan yang kurang dan sering rusak berdampak buruk bagi pengguna jasa. Waktu bongkar kapal menjadi lambat sehingga sering terjadi keterlambatan kapal sandar di dermaga, bahkan mencapai 10-15 hari.
Kinerja di Pelabuhan BICT yang di bawah standard tersebut menyebabkan timbulnya biaya tinggi. Selain itu, Pelabuhan BICT juga tidak steril karena orang yang tidak berkepentingan bebas keluar masuk ke wilayah pelabuhan. Kelemahan BICT itu menyebabkan terjadinya beberapa kasus pencurian isi kontainer.
Selain itu, Pelabuhan Belawan belum memiliki lokasi pemeriksaan jalur merah yang memadai. Demikian juga dengan timbangan kontainer, sehingga pemilik barang sering mengalami  kehilangan isi kontainer. Masalah yang lain terdapat pada instalasi karantina.
Meskipun Pelabuhan Belawan ditunjuk sebagai pelabuhan masuk holtikultura serta ekspor produk agro, namun pemeriksaan karantina dilakukan PT Catur Batavia. Padahal pihak ketiga tersebut masih berada dalam lingkungan Pelabuhan.
Keterbatasan sarana dan prasarana lainnya seperti belum adanya Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) dan lokasi behandle yang memadai, serta Hi-Co Scan untuk mempercepat proses pemeriksaan kontainer. Selama ini, pemeriksaan kontainer tergantung pada ketersediaan buruh yang tidak dapat dipenuhi BICT. Di sisi lain, alat yang beroperasi seperti forklifts (satu unit, red) dan Crane (11 unit), menyebabkan pemindahan kontainer lamban. Parahnya, penarikan per container ke lokasi behandle dibebankan biaya mencapai Rp500 ribu. Dirut PT (Persero) Pelindo-I Medan, Bambang Eka Cahyana melalui Humas, Eriansyah ketika dikonfirmasi melalui telepon selularnya, mengelak.  Eriansyah mengaku, pihaknya sudah melakukan perbaikan. “Kami sudah meningkatkan pelayanan dan sudah cukup optimal. Kami juga sudah melakukan perbaikan layanan di Pelabuhan,” ujar Eriansyah pada wartawan.
(syahril)

Close Ads X
Close Ads X