Harga Gas Indonesia Termahal di Dunia

Lhokseumawe | Jurnal Asia
Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar gas bumi di dunia, produksi gas dalam negeri juga terus meningkat. Namun ironisnya, di ujung Sumatera ada pabrik pupuk BUMN kekurangan pasokan gas dan harus beli gas dengan harga sangat mahal.
“Kita ini lagi repot sekali. Harga gas kita termahal di dunia,” tegas Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Eko Sunarko, ditemui di ruang rapat PT Arun LNG, Lhokseumawe, Aceh, Minggu (14/9).
Eko mengatakan, mahalnya harga gas yang dibeli oleh PIM karena berasal dari gas alam cair (LNG) dari Tangguh, Papua dengan harga US$ 10,5 per mmbtu. Padahal harga gas rata-rata pabrik Pupuk Sriwidjaja Palembang, Sumatera Selatan hanya US$ 4,5 per mmbtu.
“Mahal karena kita dapat gasnya dari LNG, jadi gas itu dicairkan dulu lalu diangkut pakai kapal dari Papua ke Lhokseumawe, lalu di sini dicairkan lagi (regasifikasi) lalu baru disalurkan ke pabrik pupuk, semua itu yang membuat harga gas mahal, kalau kita dapat dari sumur gas langsung, hanya perlu pasang pipa, gas langsung diolah sebagai bahan baku pupuk,” jelasnya.
Ia berharap, pemerintah dapat mencarikan solusi agar pabriknya bisa mendapatkan gas dengan harga yang lebih murah maksimal US$ 7 per mmbtu. “Produksi pupuk itu kalau balik modal atau BEP harga gasnya maksimal US$ 7 per mmbtu, di atas itu tidak terjangkau atau rugi,” tutupnya.
Bandingkan dengan harga gas Tangguh yang diekspor ke Tiongkok hanya US$ 8 per mmbtu.
Produksi Gas Arun Habis Oktober 2014
Produksi gas di lapangan Arun, Aceh akan habis pada Oktober tahun ini. Sehingga eks lapangan gas tersebut akan diubah menjadi receiving terminal dan gasifikasi.
“Gas di Arun mulai habis Oktober ini. Dan akan ekspor untuk yang terakhir kali sebanyak 1 kargo,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung (CT) di PT Arun NGL, Lhokseumawe, Aceh, Minggu (14/9).
Pasca penghentian produksi, menurut CT pemerintah sudah menyiapkan Arun sebagai fasilitas regasifikasi atau regas dari LNG yang didatangkan dari Tangguh Papua. Setelah proses regasifikasinya tuntas, maka gasnya akan dialirkan melalui pipa gas Arun-Belawan.
“Sehingga gasnya dapat memasok pembangkit listrik PLN, kalau ada listrik maka industri akan tumbuh. Kita juga akan melakukan pengembangan kawasan industri baik di Arun maupun di Medan dengan adanya listrik dan gas ini,” katanya.
Menurut CT, Arun akan menjadi kawasan industri yang berbasis gas. Wilayah ini juga akan menjadi pusat ekonomi yang berbasis industri.
“Fasilitas kilang Arun termasuk fasilitas regasifikasinya ini juga sudah disepakati kepemilikannya. Yakni Pertamina dan Pemerintah daerah (Pemprov Aceh). 70% untuk Pertamina dan 30% untuk Pemda,” katanya.
Sebelumnya Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertagas mengelontorkan investasi US$ 500 juta atau kurang lebih Rp 5 triliun untuk membangun infrastruktur gas di Aceh dan Sumatera Utara. Dana itu untuk mengubah Arun LNG Plant (Liquefied Natural Gas/gas alam cair) di Aceh menjadi receiving terminal gasifikasi.
Mengenai pengubahan LNG Plant Arun menjadi receiving terminal dan fasilitas gasifikasi, setidaknya dibutuhkan US$ 80 juta dari total investasi US$ 500 juta. Bila beroperasi, receiving terminal ini akan menerima LNG dari Tangguh dan Bontang dengan kapasitas 400 juta kaki kubik per hari (mmscfd). (dtf/ant)

Close Ads X
Close Ads X