Pola Bangun-Jual Trans Sumatera Tidak Tepat

Medan | Jurnal Asia
Pengusaha Sumatera Utara (Sumut) menilai kebijakan Pemerintah yang menerapkan sistem bangun dan jual pada pola pembangunan jalan Tol Trans Sumatera tidak tepat, karena implementasinya lambat.
“Perlu meniru pola percepatan pembangunan jalan tol/infrastruktur model Malaysia dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) serta pola investasi pertambangan di Kanada, Australia,” kata Timbul Raya Manurung, Minggu (15/9).
Menurut mantan Co Chairman Taskforce Infrastruktur, Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle itu di luar negeri, perusahaan jalan tol/infrastruktur atau pertambangan yang sedang kontruksi bisa “listing” di pasar saham.
Walaupun belum operasi atau belum laba seperti BUMN PT.Hutama Karya yang akan ditunjuk Pemerintah menggarap jalan Tol Trans Sumatera itu. “Kalau bangun dan jual yang diterapkan, maka pembangunan Tol Trans Sumatera itu akan lambat akibat dananya terganggu,” ucapnya.
Alumni Teknik Geologi Universitas Gajah Mada itu menyebutkan pembangunan konstruksi satu ruas jalan tol itu perlu 24-36 bulan.
“Bayangkan memerlukan berapa lama untuk menyiapkan Trans Sumatera yang hampir 3.000 kilometer,” ujarnya.
Menko Perekonomian Chairul Tanjung di Jakarta, Jumat lalu menyebutkan, pola pembangunan jalan Tol Trans Sumatera adalah bangun dan jual, di mana begitu pembangunan satu ruas selesai langsung dijual dan uangnya untuk pembangunan ruas lain. Dengan cara itu, kata dia, tidak perlu ada modal Pemerintah yang terlalu besar untuk membangun Tol Trans Sumatera itu.
Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menyebutkan Pemerintah mempercepat proyek pembangunan tol itu sepanjang 2.628 kilometer.(ant)

Close Ads X
Close Ads X