Anak Difabel Harus Dibekali Pendidikan

Sejumlah siswa difabel mengikuti upacara bendera ketika memperingati HUT Ke-69 Kemerdekaan RI di SLB YPAC Surabaya, Jatim, Senin (8/8)
Jakarta | Jurnal Asia
Direktur Pendidikan Khusus Layanan Khusus Dikdas Mudjito mengatakan, anak-anak difabel punya hak mendapatkan pendidikan seperti anak-anak yang lahir normal.
Membiarkan anak-anak difabel tidak mendapat bekal pendidikan, kata Mudjito, sama dengan menelantarkan mereka yang kemudian menjadi penduduk miskin.
“Makanya anak-anak difabel harus mendapatkan pendidikan agar mereka bisa mandiri,”katanya, kemarin.
Di Indonesia dari sebanyak 61,2 juta anak berusia 0-15 tahun, ujar Mudjito, anak-anak difabel sebanyak 354.707.
“Indeksi disabilitas sendiri sebesar tujuah per 1000 anak,”ujarnya.
Mereka, terang Mudjito, lahir sebagian cacat bawaan. Ada juga yang awalnya lahir normal namun mengalami kecelakaan yang akhirnya jadi difabel.
Difabel fisik sendiri, kata Mudjito, hampir sepertiga dari jenis difabel yang dicatat dalam Survei Sosial Ekonomi 2009. Distribusi persisnya sebesar 32, 38 persen. Kemudian diikuti difabel raga dan mental sebesar 20,23 persen.
Makanya, ujar Mudjito, perlu dilakukan tindakan serius untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak difabel. Salah satunya terus mendorong sekolah umum menjadi sekolah inklusif yang menerima anak-anak difabel.
Anak-anak di Hutan
Mudjito juga mengatakan, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan termasuk anak-anak yang berada di kawasan konservasi.
Kabupaten Kaur, Bengkulu, kata Mudjito, merupakan daerah konservasi untuk memelihara hutan lindung. Diperkirakan di Kaur terdapat 904 kepala keluarga (KK) yang menggantungkan hidupnya di hutan lindung.
Selain itu, ujar Mudjito, juga terdapat 217 keluarga menghuni hutan tanaman industri. Diperkirakan 500 sampai 1000 anak usia sekolah berada di hutang lindung dan hutan tanaman industri.
Mereka, kata Mudjito, harus mendapatkan pendidikan seperti anak usia sekolah lainnya. Kendalanya pemda tidak mungkin membangun sekolah di kawasan konservasi karena kawasan tersebut harus dikosongkan dari penduduk.
Makanya, terang Mudjito, solusi terbaik mengajak anak-anak keluar dari kawasan hutan untuk mendapat pendidikan. Pada tahap awal sebanyak 12 anak mau diajak keluar hutan guna bersekolah.
“Kini jumlah anak-anak yang keluar hutan untuk bersekolah semakin banyak. Mereka tinggal di asrama yang disediakan di sekolah untuk mendapatkan pendidikan penuh,” kata Mudjito. (rol)

Close Ads X
Close Ads X