Bank Syariah Nasional Sulit Saingi Malaysia

Jakarta | Jurnal Asia
Minimnya keberpihakan masyarakat Indonesia terhadap perbankan syariah, menjadi masalah tersendiri bagi pertumbuhan perbankan syariah di nasional saat ini. Pasalnya, masyarakat Indonesia lebih memilih bank konvensional ketimbang bank syariah.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, Dinno Indiano, saat talkshow yang digelar Infobank di Jakarta, Selasa, 30 September 2014. Menurutnya market share perbankan syariah saat ini masih sangat minim yakni tidak mencapai angka 5%.
“Market share perbankan syariah nasional masih di angka 4,9%, ini sangat kecil bila dibandingkan dengan Malaysia yang sudah menyentuh di angka 22%,” ujar Dinno, kemarin.
Lebih lanjut Dinno menjelaskan, memang perkembangan perbankan syariah di Malaysia cukup tinggi, hal tersebut tidak terlepas bahwa industri perbankan syariah di Malaysia sudah dimulai sejak 1983 atau lebih cepat bila dibandingkan dengan Indonesia yang masih terbilang baru dalam pengembangan perbankan syariah.
“Itu harus diakui, startnya bila di bandingkan dengan Malasia jelas jauh berbeda. Indonesia itu market sharenya hanya 1/8 dari Malaysia.
Indonesiakan baru 4,9% nah Malaysia sendiri sudah 22%. Jadi Malaysia menduduki posisi kedua setelah Arab Saudi,” tukasnya.
Dinno menilai, bahwa saat memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang bakal dilaksanakan pada tahun 2020 mendatang untuk sektor keuangan, diperkirakan perbankan syariah nasional akan tidak seimbang di dalam pertandingan dalam persaingan antar bank syariah dengan Malaysia, meski sejauh ini pihak regulator pun terus mendorong perbankan syariah nasional.
“Ini yang mungkin terjadi nanti, bahwa ini pertandingan yang pastinya tidak seimbang bila dibandingkan dengan perbankan syariah Malaysia, mereka jelas lebih cepat bila dibandingkan dengan Indonesia yang lebih terlambat,” tutup Dinno.
(ibc)

Close Ads X
Close Ads X