12 Tahun Pasang Surut Sekolah Yi Sing Yen | Seni Kaligrafi Tiongkok dari Medan Mendunia

kaki-box
Tidak mudah untuk mempelajari seni kaligrafi Tiongkok. Perlu kemauan dan keseriusan, serta adanya jiwa seni. Hal inilah yang selalu diasah di Sekolah Yi Sing Yen terhadap murid-muridnya. Selain bertujuan untuk melestarikan budaya, juga memperkenalkan budaya Tiongkok ke seantero dunia.
Hening mencengkeram ruangan. Ruangan persegi dengan ukuran tidak terlalu panjang, dan tidak terlalu lebar. Kalaupun terdengar suara, mungkin berasal dari helaan angin yang melewati celah kisi-kisi jendela atau bisa jadi tengah berlangsung sebuah percakapan yang nyaris berbisik. Begitulah suasana yang kerap berlangsung di sekolah seni Yi Sing Yen. Sekolah seni memfokuskan proses belajar seni kaligrafi Tiongkok. Pada ruangan itu banyak dijumpai kaligrafi-kaligrafi Tiongkok.
Deretan kaligrafi bertulisan aksara mandarin terpasang pada dinding ruangan sarat dengan makna. Kaligrafi banyak terpasang dinding ruangan belajar tersebut, merupakan buah karya para guru maupun murid sekolah seni itu. Untuk penguasaan aksara mandarin tidaklah mudah, lantaran terdapat banyak abjad diperlukan untuk mencapai sebuah kosakata.
Terlebih lagi untuk penulisannya meng­gunakan teknik kaligrafi. Ketika jad­wal belajar-mengajar telah dimulai itulah, diperlukan suasana ruangan yang da­pat mendukung konsentrasi. Seakan ruangan saat proses belajar mengajar se­batas ditujukan untuk suara kuas tengah me­nya­pu lembaran kertas tipis berukuran karton sana.
(Bersambung ke halaman 11)
Di sana terdapat beberapa meja persegi, dan beberapa bangku yang menjadi sarana pendukung proses kegiatan belajar-mengajar.
”Proses kegiatan belajar-mengajar seni kaligragi Tiongkok Sekolah Seni Yi Sing Yen ini, telah berjalan selama dua belas tahun,” ungkap Lin Qi Ming yang merupakan Wakil Ketua Sekolah Seni Yi Sing Yen saat ditemui Jurnal Asia, Rabu (1/10).
Dua belas tahun perjalanan Sekolah Seni Yi Sing Yen bukanlah rentang yang relatif singkat. Meski sudah belasan tahun berdiri, bukan berarti tanpa adanya pasang surut perkembangan. Berkat kesungguhan para pengurus untuk menumbuhkembangkan seni kaligrafi Tiongkok, sehingga ada juga muridnya dari luar kalangan suku Tionghoa.
Dari 25 siswa maupun siswi yang saat ini tercatat belajar Seni Kaligrafi Tiongkok, tiga diantaranya dari suku lain yang tengah menempuh studi di Universitas Sumatera Utara.
“Ada tiga orang dari luar dari suku Tionghoa, ketiganya merupakan mahasiswi USU,” beber Sutjin selaku salah seorang pengurus membenarkan.
Sudah Mendunia
Berbekal ketekunan para pengajar dan juga para siswa saling sharing (bertukar ide) dalam teknik pembuatan kaligrafi Tiongkok, hasil yang didapat pun dapat menjangkau prestasi yang cukup menggembirakan. Bagaimana tidak? Ternyata belum lama ini, tepat pada Juni 2014 lalu, salah seorang siswi mereka tercatat telah menghasilkan Kaligrafi Tiongkok terbaik se-dunia saat mengikut event di Tiongkok.
Angela, nama siswi berprestasi dari Sekolah Seni Yi Sing Yen tersebut. Saat ini ia tengah duduk di bangku kelas II SMA Cinta Budaya.
“Sejak di bangku Sekolah Dasar saya menekuni belajar seni kaligrafi Tiongkok,” terang Angela.
Meski belum terlalu purna kosakata mandarin yang dikuasainya, bukan berarti menyurutkan tekad Angela untuk dapat menjadi ahli pembuatan seni kaligrafi Tiongkok. Diakuinya raihan prestasi tak terlepas berkat motivasi dan dukungan keluarga, serta kemauannya yang begitu bersungguh-sungguh untuk menekuni seni kaligrafi Tiongkok.
“Keberhasilan Angela menghasilkan karya seni kaligrafi Tiongkok terbaik se-dunia, pada event yang diikuti dari berbagai mancanegara di Tiongkok belum lama ini, sehingga mendorong sejumlah peminat meminta belajar teknik seni di sini,” urai Lin Qi Ming yang telah banyak berperan membantu peningkatan kemampuan Angela.
Jadwal belajar di Sekolah Seni
Kaligrafi Tiongkok tersebut berlangsung seminggu sekali. Digelar pada setiap hari minggu. Dimulai dari pukul 15.00 WIB-18.00 WIB. Proses belajar-mengajar tidak hanya diikuti para orangtua, akan tetapi ada juga yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
“Tidak hanya lintas usia, sekolah ini juga tidak pandang suku, agama, maupun ras. Diharapkan keberadaan sekolah ini mampu membina rasa persaudaran antar segenap komponen masyarakat, sekaligus dapat mengharumkan nama baik bangsa dan negara di kancah pergaulan Internasional,”tandasnya Li Min Qing. (*)

Close Ads X
Close Ads X