Tarif Terus Naik, Pelaku Industri Bersiap Bangun Pembangkit

Jakarta | Jurnal Asia
Pengusaha pemilik industri besar mulai risau dengan terus naiknya tarif listrik, apalagi 1 November 2014 mendatang tarif listrik kembali naik. Para pemilik pabrik besar mulai memutar otak, yaitu dengan membangun pembangkit listrik sendiri agar lebih hemat. “Ini sebenarnya kekhawatiran kita juga, karena industri sekarang mau mem­bangun pembangkit listrik agar le­bih efisien, karena pasti penjualan listrik turun, apalagi industri merupakan pelanggan paling banyak menyumbang penju­alan listrik ke PLN,” kata Kepala Divisi Niaga PT PLN (Persero) Benny Marbun saat ditemui di Pameran Kelistrikan Indonesia 2014 di Jakarta, Rabu (1/10).
Benny mengatakan, bila para pelanggan industri besar selesai membangun pembangkit listrik mereka, maka penjualan listrik industri diperkirakan akan turun mencapai 80%-90%.
“Turunnya mencapai 80-90%, sangat banyak, tapi di sisi lain kita harus mendukung, karena PLN butuh juga bantuan swasta karena tidak akan sanggup menyediakan atau membangun pembangkit listrik sendirian.
Tiap tahun kita investasi Rp 60 triliun itu belum mampu memenuhi semua ke­butuhan listrik di Indonesia, harus ada partisipasi pihak swasta,” katanya.
Benny menambahkan, meskipun in­dus­tri membangun pembangkit listrik sen­diri, yang paling penting industri-in­dustri besar ini tidak pindah ke luar negeri se­perti Malaysia, Thailand, dan negara lainnya. “Yang penting itu mereka nggak kabur aja, ke Malaysia atau Thailand, bukan karena listriknya, tapi karena perizinan, pembebasan lahan, masalah buruh atau upah,” katanya.
Menurutnya, dengan kenaikan tarif listrik 1 November nanti tarif listrik Indonesia dengan negara-negara lain sama bahkan bisa lebih mahal.
“Sekarang tarifnya masih lebih murah, tapi 1 November nanti tarif listriknya naik lagi, tarifnya sejajar dengan negara lain bahkan kita bisa lebih mahal,” ucapnya.
Benny mengungkapkan, industri yang sudah siap membangung pembangkit yaitu industri kimia di Cilegon dengan kapasitas 300 MW, industri di Jakarta Utara 1.000 MW, dan Jawa Tengah 400 MW. “Karena industri buat pembangkit sendiri, kita akan lebih fokus ke industri kecil dan menengah serta bisnis seperti hotel, mal, apartemen dan lainnya,” tandasnya.
Dampak kenaikan tarif listrik untuk industri yang berlaku mulai 1 September 2014 sebenarnya sudah sangat terasa. Bahkan untuk mengatasinya, para pelaku indusri sampai menurunkan konsumsi listrik di pabrik-pabriknya.
Para pelaku industri melakukan penghematan sehingga konsumsi listrik turun hingga 10%.
“Tantangan kita sekarang adalah menggejar penjualan listrik sebanyak-banyaknya, masalahnya sejak kenaikan tarif listrik kemarin, pelanggan industri melakukan efisiensi sehingga konsumsinya turun 9%-10%,” ungkap Benny lagi.
Bagi PLN, turunnya konsumsi listrik berdampak pada sulitnya mencapai target penjualan listrik tahun ini yang mencapai 7%. “Target pertumbuhan penjualan listrik 7% tahun ini nampaknya sulit, kami perkirakan hanya 6,7% dari target penjualan listrik mencapai 198 TWh dengan harga Rp 1.040/kWh,” katanya.
Seperti diketahui subsidi listrik tahun berjalan di 2014 ditetapkan Rp 94,26 triliun, dengan kenaikan tarif listrik untuk 6 golongan listrik per 1 Juli-1 November 2014. (dc)

Close Ads X
Close Ads X