Jenis Unggul dan Kiat Memilih Salak

Ada cukup banyak kultivar salak yang dikenal selama ini. Namun yang disukai konsumen umumnya salak yang daging buahnya tebal, rasanya manis, dan bijinya kecil-kecil. Kriteria seperti ini dipenuhi oleh salak kultivar unggul. Pondoh, swaru, enrekang, nglumut, gula pasir, dan bali adalah enam kultivar salak yang dinobatkan sebagai buah unggul nasional oleh menteri pertanian. Istilah kerennya, mereka telah dilepas sebagai kultivar unggul.
Nama-nama kultivar salak unggul biasanya diambil dari nama tempat asal atau dikaitkan dengan citarasa salak bersangkutan. Salak swaru diberi nama demikian karena berasal dari Desa Swaru, Malang, Jawa Timur. Begitu pula salak enrekang, nglumut, dan bali; nama menunjukkan tempat asalnya. Tetapi salak pondoh diberi nama begitu karena daging buahnya berwarna putih-kapur dan rasanya manis seperti “pondoh”, yaitu pucuk kelapa yang masih terbungkus pelepah. Sementara salak gula pasir disebut demikian karena rasanya manis sekali, layaknya gula pasir.
Semua kultivar salak unggul di atas rasa buahnya manis, kecuali salak bali yang campuran antara manis, asam, dan sepat dengan perbandingan seimbang. Rasa manis salak pondoh, salak swaru, dan salak enrekang disertai masir, seperti berisikan pasir halus. Tetapi salak nglumut, salak gula pasir, dan salak bali tidak. Daging buah salak pondoh, salak enrekang, dan salak gula pasir berwarna putih kapur.
Sementara daging buah salak swaru berwarna kuning kecoklatan, salak nglumut putih kekuningan, dan salak bali berwarna kuning susu. Buah salak swaru dan salak gula pasir bertekstur sedikit lunak berair, tetapi buah salak pondoh, salak enrekang, dan salak nglumut tergolong bertekstur keras. Sedangkan salak bali teksturnya bervariasi, dari renyah sampai agak renyah atau keras. Nah, tinggal selera kita selaku konsumen menentukan citarasa salak unggul mana yang paling cocok di lidah.
Kiat memilih
Salah satu kelebihan salak jika dibandingkan dengan buah tropis lain adalah keberadaannya yang setiap saat. Ia bukan buah musiman. Kapan saja kita ingin menikmatinya, boleh dikata ia hadir di pasar sepanjang tahun.
Kalau ditanya salak yang bagaimana yang enak dimakan, jawabannya pasti yang masak di pohon. Salak matang pohon ini dicirikan oleh kulit buahnya yag kelihatan bersih mengkilat dan susunan sisiknya renggang. Bila bagian pangkalnya dipijit terasa agak lembut dan empuk, sedangkan kalau dicium berbau harum khas salak. Selain itu, bila dikupas warna bijinya akan terlihat coklat kehitaman.
Kadang-kadang kita jumpai salak yang cirinya sama dengan salak matang di pohon, tetapi kulitnya sudah retak (dalam arti retak sendiri secara alami di pohon). Salak seperti ini sudah masak benar, dan rasanya pasti enak sekali. Namun sayangnya, konsumen sering menolaknya karena dianggap cacat.
Jangan memilih salak yang kulit buahnya kelihatan kusam dan susunan sisiknya rapat, sebab salak seperti ini belum masak alias masih muda. Rasanya pasti asam dan sepat (kecuali salak pondoh dan salak gula pasir yang biarpun muda rasanya sudah manis). Diperam pun rasanya akan tetap sama, karena salak memang termasuk buah yang tidak bisa diperam. Istilah ilmiahnya non-klimaterik, yaitu buah yang proses pemasakannya tidak berlanjut begitu ia dipetik dari pohon.
Salak yang kulit buahnya lunak berair serta mengeluarkan bau seperti arak menandakan sudah kedaluwarsa. Ini berarti proses pembusukan mulai terjadi, karena itu jangan dikonsumsi.
(int)

Close Ads X
Close Ads X