Perkokoh Keyakinan Agama Buddha | Vihara Roda Mas Gelar Dhamma Talk

diabadikan
Medan | Jurnal Asia
Memperkokoh umat dalam “saddha” atau keyakinan akan ajaran–ajaran luhur Sang Buddha dan “addhittana”, tekad untuk senantiasa semangat menyemai bibit–bibit kebajikan, Vihara Roda Mas Jalan Logam Medan menggelar Dhamma Talk, kemarin. Kegiatan yang dimulai pukul 19.30 sampai 21.30 WIB diisi oleh dharmavira Lembaga Komunikasi Umat Buddha Indonesia (LKUBI), Pdt Peter Lim.
Dhamma Talk ini dihadiri oleh ratusan umat Buddha yang demikian antusias dan semangat dalam memahami dan melaksanakan ajaran–ajaran luhur Sang Buddha dalam kehidupan sehari–hari.
Pdt Peter Lim, MBA mengatakan, kondisi dan keadaan kita, apakah hari ini, esok atau lusa akan semakin baik atau tidak, sangatlah ditentukan oleh apa yang diperbuat. Jika di setiap derap langkah yang dilalui, kita selalu senang dan suka berbuat baik, maka digaransi esok atau lusa pasti akan sukses dan bahagia.
“Karena sesuai dengan konsepsi Hu­kum Karma, apa yang diperbuat, itu­lah yang akan dipetik hasilnya. Ke­bajikan yang diperbuat, kebahagiaan dan kesuksesanlah buah atau hasilnya,” tuturnya, Kamis (16/10).
Mengutip sabda Sang Buddha yang terdapat pada kitab suci MAJJHIMA NIKAYA III:135 dikatakan “Semua makhluk adalah pemilik kamma–nya sendiri, pewaris kamma–nya, kamma–nya adalah kandungan yang melahirkannya, dengan kamma–nya dia berhubungan, kamma–nya adalah pelindungnya. Apapun kamma–nya, baik atau buruk, mereka akan mewarisinya”.
Pdt Peter Lim, MBA yang juga Penyuluh Agama Buddha Kementrian Agama Kota Medan menegaskan, tidak ada satu makhluk pun yang logis atau pantas dipersalahkan atau disanjung atas kemalangan atau keberuntungan yang dialami. Semuanya, 100 persen murni hasil atau akibat dari perbuatan yang telah diperbuat.
“Hasil dari suatu kamma ada tiga macam. Apa yang tiga itu? Yang berbuah pada kehidupan sekarang, yang berbuah pada kehidupan berikut dan yang berbuah pada kehidupan–kehidupan yang selanjutnya. ANGUTTARA NIKAYA III : 414,” tegasnya.
Oleh karena itu, sambungnya, jika tidak sanggup berbuat baik, janganlah sekali–kali berbuat jahat. Karena hasil atau akibat dari kejahatan itu, sungguh menderita sekali.
“Jadilah umat Buddha yang baik, yang selalu senang dan suka menyemai bibit–bibit kebajikan agar hidup ini se­nan­tiasa bermakna,” pesanya. (netty guslina)

Close Ads X
Close Ads X