Inalum Bakal Terbitkan Surat Utang US$2 Miliar

Jakarta | Jurnal Asia
PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) mempertimbangkan untuk menerbitkan surat utang atau obligasi guna mendanai ekspansinya yang mencapai US$2 miliar hingga 2019.
Presiden Komisaris PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Agus Tjahajana, mengatakan pihaknya tengah mengkaji instrumen pendanaan yang tepat untuk mendanai ekspansi perusahaan yang hampir mencapai US$2 miliar. Investasi diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium ingot perusahaan menjadi 500.000 ton/tahun dari 256.000 ton /tahun saat ini.
“Ada beberapa alternatif, termasuk kami bisa masuk ke pasar modal, misalnya menerbitkan bond. Kami akan hitung dan kaji pendanaan apa yang tepat untuk kami, kami butuh masukan,” kata Agus saat ditemui di Jakarta, kemarin.
Dia menargetkan, hasil kajian bisa rampung pada akhir tahun. Dalam waktu dekat, Inalum akan mengundang sejumlah perusahaan sekuritas untuk membicarakan hal ini.
Direncanakan, pihaknya akan meminta masukan dari sekuritas mengenai instrumen pendanaan yang tepat untuk Inalum.
“Jadi nanti seperti tender, nanti mereka menawarkan solusi keuangan yang terbaik untuk kami. Nanti sekuritas yang menang, bisa jadi underwriter kami. Bahana Sekuritas sudah datang ke kami, atas kemauan sendiri, menawarkan, nanti kita lihat,” jelas Agus.
Selain berencana menerbitkan bond, Inalum juga berencana menjadi perusahaan terbuka. Awalnya, Inalum ditargetkan bisa menjadi perusahaan terbuka setahun setelah menjadi perusahaan pelat merah. Adapun Inalum mulai berbentuk sebagai badan usaha milik negara (BUMN) tahun lalu.
Namun ternyata, lantaran banyak prosedur yang harus disiapkan, penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat.
“Karena harus ada neraca keuangan tiga tahun, Inalum belum ada. Mungkin nanti kami keluarkan bond dulu, kemudian baru IPO kalau sudah siap, tidak masalah.”
Mengenai nilai dari dana yang diincar dari instrumen pasar modal tersebut, Agus tidak membeberkannya secara merinci. Yang pasti, perusahaan masih mencari instrumen pendanaan yang tepat, menguntungkan, dan berbiaya rendah.
“Normal saja, kalau cari biaya eksternal itu kan rasionya 30:70, bisa dihitung saja. Kami masih mencari yang paling cocok, bisa juga ada pinjaman perbankan atau luar negeri, atau kerja sama dengan partner. Internal cash kami juga masih US$400 juta,” lanjut dia. (bc)

Close Ads X
Close Ads X