Pasca Erupsi Sinabung, Persediaan Sayur dan Buah-buahan Menipis

Medan | Jurnal Asia
Tim Pengendali Inflasi Daerah Sumatera Utara menginstruksikan perusahaan mengantisipasi kemungkinan terjadi gangguan pasokan produk hortikultura akibat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
“Komoditas yang diragukan terganggu pascaerupsi Sinabung adalah produk hortikultura yakni sayur dan buah-buahan. Untuk menekan gangguan pasokan yang berdampak pada kenaikan harga, perlu ada solusi yakni memasok dari daerah lain,” kata Ketua Tim Ahli TPID Sumut Difi A Johansyah di Medan, Minggu (19/10).
Menurut informasi, kata dia, sebanyak 2.959 hektare areal pertanian di Karo mengalami kerusakan atau terancam puso akibat tanaman itu tertutup abu vulkanik menyusul terus terjadinya erupsi Gunung Sinabung sejak 5 Oktober.
Difi menegaskan, langkah antisipasi itu dilakukan untuk menekan terjadinya inflasi yang besar di tiga bulan terakhir 2014 yakni Oktober, November dan Desember.
(Bersambung ke halaman 11)
Pemprov Sumut, kata dia, berharap inflasi di Sumut bisa jauh di bawah angka 2013 yang sebesar 10,18 persen.
“Tahun ini Pemprov Sumut berharap, besaran inflasi di kisaran 4,9 -5,3 persen,”katanya.
Hingga September lalu, inflasi. “year on year” Sumut masih sebesar 4,35 persen.
Perhitungan terjaganya inflasi di tingkat yang cukup rendah tersebut dari terkendalinya komponen ” volatile food” yang tercermin dari membaiknya pasokan bahan pangan.
“Makanya dengan terjadinya lagi erupsi Sinabung, perlu diantisipasi pemenuhan kebutuhan hortikultura dari daerah lain,”katanya.
Sebelumnya, Gubernur Sumut H Gatot Pujo Nugroho dalam Nota Keuangan Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (RPAPBD) Sumut, menyebutkan, target inflasi di APBD Perubahan diturunkan dari APBD 2014.
Kalau besaran inflasi di APBD di asumsikan sebesar 5,60 persen, maka di APBD Perubahan hanya 4,50 persen plus minus satu persen.
Kepala Dinas Pertanian Sumut, M.Room.S, menyebutkan, meski belum terjadi puso, tetapi ada kerusakan 2.959 hektare lahan pertanian/hortikultura yang akan mengurangi produksi hingga 30 persen dan bisa gagal hingga 100 persen kalau tidak diatasi.
Tanaman seluas 2.959 hektare yang rusak itu terdiri dari 335 hektare tanaman pangan dan tanaman hortikultura seluas 2.924 hektare. (ant)

Close Ads X
Close Ads X