Sumur Benggala Kosong Pasokan Gas Terancam

gas
Medan | Jurnal Asia
Krisis gas industri dan rumah tangga di Sumatera Utara dikhawatirkan semakin parah karena Sumur Gas Benggala II di Langkat yang dieksplorasi PT.Pertamina EP kosong atau “dry hole”.
“Benar, Pemprov (Pemerintah Provinsi)Sumut mendapat laporan status eksplorasi Sumur Benggala II ‘dry hole’,” kata Kabid Migas Dinas Pertambangan dan Energi Sumut, Sumintarto ketika dikonfirmasi soal kosongnya Sumur Gas Benggala II itu melalui telepon selularnya di Medan, Minggu (19/10).
Namun, kata dia, manajemen Pertamina EP sudah berjanji dan sedang melakukan evaluasi struktur Benggala II dengan seismik 3D [3 dimensi] agar eksplorasi sumur lainnya yakni Benggala III nantinya dapat hasil sebagaimana yang diharapkan. Eksplorasi Gas Benggala III direncanakan dilakukan pada 2015.
“Pemprov Sumut memang sangat berharap pasokan Gas Benggala I, II dan III bisa mengatasi krisis gas di Sumut yang sudah lama berlangsung,”katanya. Staf Humas Pertamina EP Pusat, Pandjie yang dihubungi mengakui kosongnya Sumur Benggala II itu yang eksplorasinya dimulai sekitar April 2014.
Namun dia tidak bersedia memberi keterangan rinci soal kosongnya Sumur Gas Benggala II yang sebelumnya disebutkan dilakukan dengan investasi sekitar Rp225 miliar itu.
“Yang pasti, secara teknis Benggala II saat ini sedang dalam tahap ‘discovery’ dan tetap menjadi tolak ukur perusahaan sebagai proses lanjut di Benggala III di tahun 2015,” katanya dalam pesan singkatnya (SMS).
Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas (Apigas) Sumut, Johan Brien, menyebutkan, dengan masih kosongnya Gas Benggala II, maka krisis gas industri di Sumut semakin parah. Apalagi sebelumnya, produksi Gas Benggala I yang berproduksi sejak 24 Oktober 2013 dengan target hasil paling sedikit 4-5 MMSCFD, nyatanya masih hanya 2 MMSCFD yang bisa dialirkan.
“Kalau krisis gas masih terus berlangsung, bisa jadi industri di Sumut tutup atau kemungkinan hengkang ke daerah lain seperti Dumai atau Batam yang gasnya memadai,” katanya.
Dia menyebutkan, kebutuhan 54 perusahaan industri anggota Apigas minimal 22 mmscfd. Sementara pasokan yang diterima dewasa ini hanya 6 MMSCFD. Dengan kondisi itu, perusahaan Sumut bukan saja tidak bisa bersaing di MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), tetapi juga industri bisa tutup. Kalau industri tutup,ujar Johan, maka bukan saja pengusaha yang rugi, tetapi semuanya mulai pekerja dan Pemerintah.
“Puluhan ribu pekerja akan di PHK dan pengangguran itu bisa menimbulkan gejolak sosial,” katanya.

Close Ads X
Close Ads X