Tanpa Modal Besar, Bekti Nugroho Sukses di Bisnis Properti

Jakarta | Jurnal Asia
Bekti Nugroho sukses menggeluti bisnis properti meski tanpa memiliki banyak modal. Bahkan, warga Jogyakarta ini bisa menjalankan bisnis ini tanpa modal.
Setiap orang membayangkan bahwa menggeluti bisnis properti harus menyiapkan dana berlimpah, paling tidak ratusan juta rupiah bila ingin membuat perumahan tipe sederhana.
Tapi nyatanya ada juga orang yang bisa menjalankan bisnis ini dengan eksis tanpa banyak modal, atau bahkan tanpa modal.
“Modal saya itu bisa dibilang nol. Ya, paling modal untuk beli bensin untuk wara-wiri,” kata Bekti Nugroho (34) yang menjalankan bisnis properti pengembangan rumah model kluster seperti dikutip dari myoyeah, Jumat pekan lalu.
Komplek perumahan yang dibangun Bekti biasanya berkisar antara 3-5 rumah. Meski begitu, dia tak hanya membatasi hanya bangunan rumah tinggal. Dia beberapa kali juga membangun kos-kosan.
Lantas bagaimana Bekti bisa menjalani bisnis properti yang membutuhkan dana besar seperti untuk pembelian tanah hingga dana pembangunan? Bekti berperan sebagai penghubung untuk mengajak kolaborasi satu pihak dengan pihak lainnya. Ia menyiapkan manajemen untuk pihak-pihak yang terkait dengan bisnis ini.
Misalnya saja ada seorang pemilik tanah yang lokasinya cukup strategis. Dia mendatangi pemilik tanah tersebut dan berniat membeli dengan tempo waktu tertentu. Misalnya ada tanah seharga Rp 100 juta, maka bekti akan membayar tanah tersebut dalam jangka tertentu setelah rumah terjual. Biasanya ada kesepakatan di awal dengan pemilik tanah sebelum proyek berjalan.
Untuk dana pembangunan pun Bekti mencari mitra yang mau mendanai proyek tersebut. Misalnya dia memerlukan dana pembangunan rumah sebesar Rp 100 juta, maka dia akan mencari investor yang mau mengucurkan dana untuk proyek tersebut.
Setelah proyek selesai dan rumah terjual, maka investor tersebut akan menerima uang plus bonus penjualan. Misalnya saja dari Rp 100 juta yang dipinjamkan, investor tersebut akan menerima uang Rp 110 juta sesuai kesepakatan di awal.
Tapi bekti memberikan tawaran menarik bagi investor. Misalnya saja rumah yang dijual belum laku pada masa yang ditentukan dan rumah tersebut laku beberapa bulan kemudian dengan harga yang otomatis terdongkrak naik, dia akan memberikan keuntungan lebih kepada investor tersebut.
Misalnya saja seharusnya investor mendapatkan Rp 110 juta, ketika rumah laku dengan harga lebih tinggi, maka dia akan mendapatkan Rp 115 juta.
Bekti memulai usaha ini sekitar tiga tahun lalu dengan fokus area pembangunan di daerah Jogja, khususnya daerah Jogja utara.
Namun tahun ini proyeknya sudah berkembang sampai ke Magelang. Dalam setahun omzetnya mencapai Rp 9 miliar. Tapi Bekti tak mau buka-bukaan tentang keuntungan bersihnya.
“Yang penting bisa buat hidup sehari-hari dan bayar karyawan. Usaha ini karyawannya tetapnya masih 5 orang. Tapi kalau untuk tukang lepasan sekitar 40 orang jumlahnya. Ya, yang penting mereka bisa menerima gaji rutin dan tidak telat. Itu yang penting,” kata Bekti berdiplomasi.
Menurut lelaki lulusan Universitas Islam Indonesia ini, yang membedakan dirinya dengan bisnis lain adalah penerapan sistem open management. Setiap perkembangan bisnis yang dia lakukan, termasuk hitungan untung rugi, investor bisa mengecek setiap saat dan dilaporkan dengan transparan.
“Prinsip saya adalah win win solution,” katanya. Target ayah satu anak ini adalah mengembangkan usaha ini semakin luas. Kota-kota sekitar Jogja menjadi targetnya.
Magelang dan Solo adalah dua kota yang sudah dirambah Bekti. Meningkatkan omzet adalah target saat ini agar dia bisa berhenti menjalankan peran ini pada usia 40 tahun.
Ia berharap, saat usianya menginjak kepala 4 nanti, dia akan memainkan peran baru sebagai investor untuk bisnis-bisnis baru yang akan bertumbuh.
Sebuah cara unik yang sudah ditempuh pria jangkung yang menjalankan bisnis properti tanpa modal di bawah bendera Nugraha Land ini. (dtf)

Close Ads X
Close Ads X