Pasokan Melimpah Harga Minyak Dunia Kembali Turun

Jakarta | Jurnal Asia
Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Senin (20/10) waktu setempat (Selasa pagi WIB), seiring dengan pasokan yang melimpah dan tidak adanya tanda-tanda produsen Timur Tengah untuk memangkas produksi minyak mentah. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun empat sen menjadi 82,71 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember, turun 76 sen menjadi menetap 85,40 dollar AS per barel di perdagangan London.
Minyak mentah naik pada Kamis dan Jumat pekan lalu dalam sebuah jeda dari tren penurunan yang cukup stabil, yang telah memangkas lebih dari 20 persen dari harga minyak sejak pertengahan Juni.
“Pasar pada Senin disibukkan dengan melambatnya kondisi ekonomi di Eropa dan Tiongkok serta persediaan (minyak) yang lebih dari cukup,” kata Gene McGillian, broker dan analis di Tradition Energy.
McGillian mengatakan, pasar juga bereaksi terhadap laporan bahwa Iran tidak akan meminta pertemuan darurat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi dalam menanggapi penurunan harga.
Produsen terbesar OPEC, Arab Saudi, sebelumnya telah memberi sinyal rencana untuk mempertahankan produksi yang tinggi. “Pasar berada dalam proses mencoba untuk menemukan posisi paling bawah,” kata McGillian.
Tidak Pengaruhi Beban Subsidi
Di Indonesia tren turunnya harga minyak dunia seiring perlambatan ekonomi dunia tidak membantu mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Demikian disampaikan mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo saat menggelar perpisahan dengan awak media di Jakarta, Selasa (21/10). “So what? Dengan harga minyak US$ 85, harga keekonomian solar masih Rp 11.500 per liter. Jadi penurunan harga minyak dunia tidak mempengaruhi penurunan beban subsidi secara signifikan,” papar Susilo.
Menurut perhitungannya, meskipun ada penurunan harga seperti saat ini, pemerintah masih harus memberi subsidi harga BBM sekitar Rp 4.500-5.500 per liter. “Dengan penurunan harga menjadi US$ 85 tadi, subsidi untuk solar saja masih Rp 5.500. Kalau premium masih subsidi Rp 4.500. Jadi memang mengurangi subsidi, tapi tidak signifikan dibanding total subsidi yang Rp 300 triliun lebih,” jelasnya.
Awal pekan ini, harga minyak dunia kembali turun setelah akhir pekan kemarin sempat naik. Penurunan harga disebabkan melemahnya permintaan minyak dan tingginya pasokan di pasar.
Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 5 sen menjadi US$ 82,7 per barel. Sementara harga kontrak minyak Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun 48 sen menjadi US$ 85,68 per barel pada pertengahan perdagangan di London.
Dalam beberapa pekan ini, harga minyak tertekan karena lemahnya permintaan dunia karena ekonomi global yang belum pulih. Selain itu, pasokan minyak cukup banyak di pasar dan Arab Saudi memangkas harga minyaknya untuk memperluas pangsa pasar.
”Perkiraan negara OPEC akan mengangkat harga tampaknya tidak akan terjadi. Arab Saudi memberi sinyal ke pasar, pihaknya nyaman dengan harga minyak rendah untuk waktu yang panjang,” demikian bunyi riset Barclays, seperti dilansir AFP. (Kcm-Dtf)

Close Ads X
Close Ads X