Serigala Tercabik-cabik

1
Roma | Jurnal Asia
AS Roma tak sanggup mengatasi ketangguhan Bayern Munchen. Alih-alih mencuri poin, tim Serigala Ibukota itu malah tercabik-cabik dengan kekalahan memalukan 1-7. Faktor mental dan pengalaman paling berperan di laga ini. AS Roma sama sekali tak kuasa meredam laju impresif Bayern Munchen dalam laga lanjutan fase grup Liga Champions, Selasa (22/10) dinihari WIB. Di Stadion Olimpico, yang tak lain markas mereka sendiri, Roma harus menanggung malu yang teramat besar. Kekalahan 1-7 di kandang sendiri tersebut merupakan hal yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Bahkan Roma yang digadang-gadang sebagai kandidat jawara Serie A musim ini, sebelumnya menunjukkan performa yang gemilang dan meyakinkan.
Bayern bahkan sudah memimpin 3-0 saat laga berjalan 25 menit, dan unggul 5-0 saat jeda pertandingan. Dari setengah laga saja, Roma sudah tahu kans mereka meraih angka penuh di kandang sendiri sudah habis.
Usai laga, pelatih Rudi Garcia berdalih kesalahan ada pada strategi yang dimainkannya sejak awal pertandingan. “Pendekatan di babak pertama adalah kesalahan saya sepenuhnya. Strateginya salah,” aku Rudi Garcia.
Memainkan formasi 4-3-3, di awal laga, Roma berani bermain terbuka. Permainan cepat dari kaki ke kaki masih menjadi andalan. Hanya saja, lini tengah yang dikawal Daniele De Rossi dan Radja Nainggolan terlihat keropos gagal mematikan serangan balik cepat yang dibangun pemain Bayern ketika berhasil merebut bola.
Melihat line-up, lini belakang Roma juga tak bisa dikatakan merupakan susunan terbaik mereka. Kuartet Cole, Yanga-Mbiwa, Torosidis dan Manolas biasanya beroperasi sebagai pemain cadangan. Tapi dengan absennya sejumlah pilar, opsi ini harus diambil.
Kurang padunya mereka terlihat dalam minimnya koordinasi bagus di sektor belakang. Cole, yang paling veteran di pertahanan, juga gagal mengatur rekan-rekannya. Juga tak terlihat pressure ketat untuk setidaknya menghambat laju pemain Bayern dan menutup ruang tembak mereka. Gol Mario Gotze dan Robert Lewandowski menunjukkan hal itu, di mana keduanya begitu leluasa bergerak untuk memaksimalkan bola di hadapan mereka.
“Yang salah strateginya. Kami seharusnya bermain lebih rapat dan berusaha menghantam mereka dengan serangan balik,” tandas Rudi Garcia.
Tanda kepanikan juga mulai terlihat. Setelah gol dari Arjen Robben di menit delapan, Mario Gotze di menit 23 dan Robert Lewandowski di menit 25, Roma bermain tergesa-gesa dan berusaha untuk bisa cepat membalas. Sementara Bayern bermain lebih tenang dan tanpa beban, sehingga bisa leluasa mementahkan bola yang mengarah ke daerah pertahanan mereka.
Situasi ini membuat lini pertahanan Roma semakin terbuka. Bayern pun menambah dua gol lagi sebelum turun minum. Terbukti faktor mental dan pengalaman bermain di Liga Champions masih harus diasah penggawa Seringala Ibukota.
“Kami tergesa-gesa untuk bisa kembali menyamakan kedudukan dan meningalkan ruang yang dimaksimalkan Bayern. Kami harusnya tetap merendah dan menunggu hingga saat yang tepat,” curhat Rudi Garcia.
Tapi Bayern belum berhenti menggempur gawang Roma. Frank Ribery dan Xherdan Shaqiri turut mencatatkan namanya di papan skor masing-masing pada menit ke-78 dan 80.
Tapi hingga 45 menit babak kedua rampung, tak ada yang namanya momen yang tepat buat Roma bangkit dan mengejar ketertinggalan. Bayern terlalu sempurna untuk bisa dihantam dengan enam gol balasan. Sementara Roma gagal bangkit.
Gaya bermain menekan dan permainan bola-bola cepat baru menuai hasil lewat tendangan Gervinho yang memaksimalkan umpan Nainggolan. Tapi gol itu sudah terlalu terlambat.
“Bayern lebih tagguh dari kami malam ini dan kami memang bermain jauh tidak lebih baik dari sebelumnya. Kami nyaris bertindak sebagai penonton di babak pertama dan yang saya tidak suka adalah minimnya agresivitas dan persatuan,” ujar Rudi Garcia.
“Kami harus menerima kekalahan ini, yang membuktikan kami membutuhkan beberapa langkah lagi untuk bisa menyamai tim terbaik dunia. Kami masih di posisi dua dan bisa berharap kualifikasi, tapi pastinya dengan tidak bermain seperti ini.”
Masih ada peluang buat AS Roma untuk lolos, karena memasang target membalas kekalahan itu di matchday keempat Liga Champions di Allianz Arena sepertinya menjadi target yang tidak realistis. Kans AS Roma ada di dua laga lain, menghadapi Manchester City di Olimpico dan CSKA Moskwa di Khimki Stadium. Mungkin di dua laga tersebut Roma bisa kembali menunjukkan kekuatan terbaik sepakbola mereka.
Tak Mengejutkan
Secara statistik, hasil akhir ini sejalan. Bayern unggul penguasaan bola 63%-37%, juga mencatatkan 11 tembakan on target dari 23 percobaan. Sedangkan tuan rumah cuma mencatatkan lima tendangan tepat sasaran dari 12 upaya.
Kemenangan ini bagi Bayern tak terlalu mengejutkan, meski penyerang Die Roten, Thomas Mueller, mengaku sempat merasa aneh. Dia menyebutkan Guardiola sudah merencanakan segalanya dengan sangat baik.
Eks pelatih Barcelona itu memang sebelumnya menyempatkan mengamati secara langsung permainan anak asuh Rudi Garcia, saat Roma menghadapi Juventus di liga. Selain itu, Bayern juga sempat mengirim Bastian Schweinsteiger untuk memata-matai Roma kala menghadapi CSKA Moskow.
“Kami menyelesaikan tugas dengan luar biasa di babak pertama. Ini karena kami telah dipersiapkan sangat baik oleh pelatih,” kata Mueller.
Guardiola sendiri ternyata tak sepenuhnya puas dengan kemenangan besar ini. Padahal kemenangan ini menegaskan Bayern kian trengginas di musim kedua Pep, sekaligus membuktikan mereka adalah favorit kuat juara musim ini. Bahkan media-media Eropa bereaksi positif atas kemenangan besar Bayern dan mulai menyamakan Philipp Lahm dkk dengan timnas Belanda di era 70-a yang terkenal dengan Total Football-nya.
Meski demikian Guardiola tak setuju dengan anggapan tersebut dan menilai masih ada kekurangan dari timnya. Pep justru menilai gap antara timnya dengan Roma sebenarnya tidak begitu sebesar skor akhir pertandingan tersebut.
“Seperti agak sedikit berlebihan! Kami lebih tenang setelah gol pertama dari Arjen, lalu kami terus menekan Roma untuk bisa menguasai bola. Kami melakukan itu karena kami ingin terus mendapatkan bola, tidak untuk meremehkan lawan kami,” ujarnya. “Kami senang lama-lama menguasai bola dan lalu menemukan cara di mana kami bisa melakukan serangan. Kita lihat saja dua pekan lagi di Munich bahwa tidak ada gap yang terlalu besar di antara kami dan Roma.”
Bayern kini memuncaki klasemen Grup E dengan nilai sempurna sembilan dari tiga pertandingan. Roma tetap berada di urutan kedua dengan empat poin, diikuti Manchester City (2) dan CSKA Moskow (1). Bayern akan mencoba melanjutkan tren supernya itu saat melawat ke Borussia Moenchengladbach dalam lanjutan Bundesliga pada akhir pekan ini. (adp-goal-dc-vv-ss)

Close Ads X
Close Ads X