2015, Industri Perbankan Masih Tertekan

Jakarta | Jurnal Asia
Tekanan ekonomi, membuat industri perbankan kian berhati-hati dalam melangkah dan menyusun rencana bisnis bank (RBB) 2015, mengingat risiko yang dihadapi tahun depan masih sama dengan 2014.
Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk A. Prasetyantoko mengungkapkan risiko likuiditas masih tetap menjadi persoalan yang perlu diwaspadai industri perbankan. Selain itu, katanya, pertumbuhan kredit pada tahun depan akan sama dengan tahun ini. Namun hal tersebut akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,5%.
“Keadaan likuiditas tahun depan akan sama dengan tahun ini dan kredit pun akan tumbuh berkisar 17%,” ungkapnya, kemarin.
Dia mengungkapkan faktor lain yang perlu diwaspadai adalah inflasi. Jika pemerintah menekan subsidi energi pada tahun depan, dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), maka inflasi akan di kisaran 7%-8% pada tahun depan.
Kenaikan inflasi, katanya, akan berdampak pada peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Prasetyantoko memprediksikan BI Rate akan berada di kisaran 8% pada tahun depan.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk memproyeksikan penyaluran kredit pada tahun ini berkisaran 15%–17% yang lebih mengarah pada batas bawah BI. Perseroan pada tahun depan merencanakan dalam RBB 2015 penyaluran fungsi intermediasi akan naik hingga 2% dari tahun ini.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Pahala N. Masury memprediksikan kondisi pada 2015 akan lebih baik daripada tahun ini. Hingga September 2014, penyaluran kredit perseroan tumbuh 14% dari posisi Rp450,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. “RBB tahun depan, kredit lebih tinggi dari tahun ini, mungkin bisa meningkat 1%–2%,” katanya.
Sementara itu, dari sisi likuiditas, Pahala mengungkapkan perseroan lebih menggenjot raihan dana pihak ketiga (DPK) pada tahun ini guna menjaga rasio fungsi intermediasi (loan to deposit ratio/LDR) di kisaran 85%–86% pada tahun ini hingga 2015.
Bank beraset terbesar di Indonesia, saat ini tengah fokus untuk mengatasi persoalan likuiditas. Menurutnya, kondisi perebutan likuiditas di pasar cukup ketat. Ketatnya likuiditas tahun ini, telah berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit. Kendati demikian, bank pelat merah ini optimis untuk membukukan laba dengan pertumbuhan hingga double digit pada tahun ini.
Pahala menamabahkan himpunan DPK Bank Mandiri hingga kuartal III/2014 tumbuh 16% dari posisi RpRp514,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Saat ini, perseroan tengah melakukan anorganik untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, dia memprediksikan rencana tersebut akan rampung pada tahun depan. (bsc)

Close Ads X
Close Ads X