Hasil Udang Topang Nilai Ekspor Sumut

Medan | Jurnal Asia
Kinerja ekspor Sumatera Utara hingga triwulan IV masih ditopang oleh pengiriman hasil laut udang pasalnya hasilnya terus membaik. Ekspor udang naik 71 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Subdis Perdagangan Luar Negeri, Fitra Kurnia mengatakan, nilai ekspor hasil laut udang mengalami peningkatan tertinggi kedua setelah minyak kelapa berdasarkan pencatatan data Surat Keterangan Asal (SKA) hingga Oktober 2014.
“Dari data SKA, nilai ekspor hasil laut udang mengalami kenaikan 71 persen. Namun jika dilihat berdasarkan persentase, ekspor minyak kelapa naik tinggi hingga 113 persen tetapi nilainya tetap lebih tinggi hasil udang laut,” katanya di Medan, Rabu (25/11).
Lebih rinci disebutkannya, nilai ekspor hasil laut udang hingga Oktober 2014 sebesar USD272,64 juta atau naik 71 persen dengan volume sebesar 24.794 ton dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar USD159,28 juta sebanyak 15.675 ton.
Penyebab utama kenaikan nilai ekspor adalah belum bebasnya perairan Tiongkok dan Vietnam dari penyakit atau virus yang menimpa udang memberi keuntungan bagi Sumut untuk mengekspor udang ke negara buyer lebih banyak lagi. Negara importir juga pada umumnya mengalihkan pembelian ke Indonesia termasuk produksi Sumut.
“Harapan kita, semoga Sumut yang menjadi eksportir udang tidak terkena hambatan teknis dan non teksis seperti yang terjadi di negara Tiongkok dan Vietnam sehingga realisasi ekspor kita masih dalam kondisi baik,” jelasnya.
Saat ini, importir tetap hasil laut udang sejak tahun lalu adalah Amerika Serikat dan Italia. Selain dua negara itu, ada juga Belanda, Hongkong, Singapura dan Korea yang mengimpor udang dari Sumut langsung. “Belanda, Belgia, Jepang dan Trinidad juga sempat ekspor tapi tahun ini sudah tidak ada lagi,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, peningkatan kinerja ekspor udang Sumut memang merupakan kinerja yang cukup fantastis. Namun, ini bukan suatu pegangan bagi Sumut bahwa udang yang dihasilkan oleh Sumut memiliki daya saing yag lebih baik.
“Saya menilai, kondisi ini bisa berubah kapan saja terlebih bila kondisi industri udang yang ada di Tiongkok dan Vietnam mengalami pemulihan. Dalam jangka panjang, permintaan Udang terus mengalami peningkatan. Konsumsi udang masyarakat dunia terus mengalami peningkatan dan Jepang, Amerika Serikat, maupun Tiongkok tetap berpeluang menjadi negara konsumen udang yang paling besar di dunia,” kata dia.
Kedepan, sebutnya, dari dalam negeri permintaan udang juga akan mengalami tren kenaikan, kebutuhan untuk udang di Indonesia sendiri akan naik seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan tersebut maka akan meningkatkan konsumsi makanan yang lebih berkualitas.
“Kita membutuhkan peningkatan dari sisi supply agar permintaan udang yang besar nantinya tidak akan mengakibatkan kebutuhan dalam negeri justru mengalami kekurangan.
Namun ekspor Sumut yang berkembang akhir-akhir ini bukan menjadi tolak ukur bahwa tren tersebut akan dipertahankan dalam jangka panjang,” tandasnya.
(netty)

Close Ads X
Close Ads X