Sanaa | Jurnal Asia
Arab Saudi melancarkan serangan militer besar-besaran di Yaman untuk memberantas para pemberontak Syiah Houthi. Tidak tanggung-tanggung, Saudi mengerahkan 100 pesawat tempur dan 150 ribu tentara untuk operasi militer ini. Dalam agresi ini, turut dibantu 8 negara arab serta dukungan Inggris dan Amerika.
Selain itu, pesawat-pesawat dari Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain juga ikut serta dalam operasi besar-besaran ini. Demikian diberitakan stasiun televisi Al-Arabiya seperti dilansir Reuters, Kamis (26/3).
Disebutkan bahwa Mesir, Pakistan, Yordania dan Sudan saat ini siap untuk berpartisipasi dalam operasi pertempuran di darat. Pada Kamis ini, serangan-serangan udara terhadap Houthi telah dilancarkan Saudi dkk.
“Kampanye ini tujuannya untuk mencegah para pemberontak Houthi menggunakan bandara-bandara dan pesawat untuk menyerang Aden dan bagian-bagian Yaman lainnya serta mencegah mereka menggunakan roket-roket,” tutur Menteri Luar Negeri Yaman Riyadh Yaseen.
Sebelumnya dalam statemen bersama, lima negara Teluk Arab: Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain dan Qatar telah memutuskan untuk bertindak melindungi Yaman dari apa yang mereka sebut sebagai agresi milisi Houthi yang didukung Iran.
Langkah ini dilakukan setelah Houthi yang juga didukung pasukan militer Yaman yang setia pada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, bergerak mendekati kota Aden, Yaman selatan, yang kini menjadi basis Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Didukung Inggris dan Amerika
Pemerintah Inggris dan Amerika mendukung keputusan Arab Saudi untuk melancarkan operasi militer terhadap para pemberontak Syiah Houthi di Yaman. Menurut Inggris, operasi ini terkait dengan aksi-aksi Houthi belakangan ini, yang menunjukkan ketidakpedulian mereka atas proses politik.
“Kami mendukung intervensi militer Arab Saudi di Yaman menyusul permintaan Presiden Hadi agar mendukung dengan semua cara dan langkah guna melindungi Yaman dan menangkal agresi Houthi,” demikian disampaikan Kantor Luar Negeri Inggris dalam statemen seperti dilansir Reuters, Kamis (26/3).
“Aksi-aksi dan ekspansi Houthi belakangan ini di Aden dan Taiz merupakan sinyal lebih jauh atas ketidakpedulian mereka pada proses politik. Namun pada akhirnya, solusi atas krisis ini haruslah solusi politik,” demikian disampaikan.
Dalam operasi militer di Yaman ini, Saudi mengerahkan 100 pesawat tempur dan 150 ribu tentara. Selain itu, pesawat-pesawat dari Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain juga ikut serta dalam operasi besar-besaran ini. Bahkan Mesir, Pakistan, Yordania dan Sudan saat ini siap untuk berpartisipasi dalam operasi pertempuran darat.
“Kampanye ini tujuannya untuk mencegah para pemberontak Houthi menggunakan bandara-bandara dan pesawat untuk menyerang Aden dan bagian-bagian Yaman lainnya serta mencegah mereka menggunakan roket-roket,” tutur Menteri Luar Negeri Yaman Riyadh Yaseen.
Konflik di Yaman terjadi setelah kubu pemberontak Houthi melengserkan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. Hadi kemudian berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan mengungsi dari ibukota Sanaa dan mendirikan pusat pemerintahan di kota Aden. Operasi militer Saudi dkk ini dilakukan setelah Houthi terus bergerak mendekati kota Aden, dan ini dikhawatirkan akan mengancam keselamatan Presiden Hadi.
Sepak terjang kaum Houthi telah membangkitkan dugaan Arab Saudi, bahwa aksi mereka disokong oleh pemerintah Iran, yang juga beraliran Syiah. Namun, baik kaum Houthi dan Iran menepis dugaan tersebut. Meski demikian, ada kekhawatiran bahwa operasi militer Saudi dkk akan memicu konflik baru yang menyeret Iran.
Harga Minyak Dunia Naik
Harga minyak dunia bergerak naik, pasca serangan Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman. Dikhawatirkan pasokan minyak dari Timur Tengah akan terganggu, sehingga harga si emas hitam pun naik.
Mengutip data perdagangan Reuters, Kamis (26/3), saat ini harga minyak jenis light sweet tercatat US$ 51,1/barel, naik dibandingkan kala pembukaan perdagangan yaitu US$ 49,02/barel. Harga minyak brent pun naik dari pembukaan di US$ 56,235/barel menjadi saat ini US$ 58,37/barel.
Arab Saudi dan sekutunya menyerang Yaman untuk melumpuhkan kelompok pemberontak Houthi. Kelompok ini ditengarai didukung oleh Iran, yang merupakan rival Arab Saudi untuk memperebutkan pengaruh di Teluk.
“Arab mengambil langkah agresi militer karena mereka menilai Iran ada di balik Houthi. Ini merupakan tanda-tanda bahwa bisa saja terjadi konflik regional,” kata Li Guofu, Direktur Centre for Middle East Studies di China Institute of International Studies.
Mari Iwashita, Kepala Ekonom SMBC Friend Securities, mengatakan serangan Arab ini dikhawatirkan berkepanjangan. Bila terjadi, maka keamanan di Timur Tengah akan terancam. Dampaknya, pasokan minyak akan terganggu.
“Kalau hal ini meluas ke operasi militer yang lebih besar, maka akan mempengaruhi stabilitas Timur Tengah,” tegas Iwashita.
Namun, analis lain menilai sebenarnya kekhawatiran terganggunya pasokan minyak agak mengada-ada. Pasalnya, produksi minyak di negara-negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Rusia tetap moncer, sehingga peluang kelangkaan pasokan cukup minim.
“Hanya karena Arab dan negara lainnya melakukan serangan udara ke Yaman bukan berarti pasokan minyak berkurang,” tegas Masaki Suematsu, Manajer di Newedge Japan.
Alasan Kenaikan
Mengapa serangan ke Yaman membuat harga minyak melambung? Ole Hansen, Head of Commodity Strategy di Saxo Bank, mengatakan hal ini bisa mempengaruhi keamanan dalam pengiriman minyak dari Timur Tengah ke seluruh dunia.
“Risiko geopolitik seperti ini menjadi perhatian,” ujar Hansen.
Namun, Hansen menilai sentimen akibat serangan Arab cs ke Yaman tidak akan bertahan lama. Saat ini pasokan minyak sedang berlebih karena negara-negara OPEC tidak menurunkan produksinya.
“Potensi kenaikan harga cukup terbatas, asal ketegangan di Yaman tidak meningkat. Kita harus melihat perkembangan dalam beberapa hari ke depan,” kata Hansen.
Hal yang menjadi perhatian investor adalah kemungkinan konflik ini bertahan cukup lama. Pasalnya, kelompok Houti ditengarai disokong oleh Iran, rival utama Arab Saudi untuk memperebutkan pengaruh di Teluk.
Pengiriman minyak dari Arab Saudi ke wilayah Eropa terancam karena serangan ke Yaman. Untuk mengirim ke Eropa. harus melalui garis pantai Yaman dan kemudian menuju Terusan Suez.
Data US Energy Information Administration (EIA) menyebutkan pada 2013 terdapat 3,8 miliar barel minyak yang dikirim melalui Bab el-Mandeb yang merupakan selat kecil antara Yaman dengan Semenanjung Arab.
-Iran Sebut Arab Saudi Ceroboh
Pemerintah Iran mengecam Arab Saudi karena melancarkan serangan udara terhadap para pemberontak Syiah Houthi di Yaman. Disebutkan bahwa serangan tersebut merupakan langkah berbahaya yang melanggar tanggung jawab internasional dan kedaulatan nasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham mengatakan, aksi militer tersebut akan memperkeruh situasi, memperluas krisis dan menghilangkan kesempatan untuk mencapai solusi damai atas masalah internal Yaman.
“Agresi ini tak akan menghasilkan apapun kecuali memperluas terorisme dan ekstremisme, dan meningkatkan ketidakamanan di seluruh wilayah,” cetus Afkham dalam statemen seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (26/3).
Pejabat Iran itu pun menyerukan dihentikannya segera serangan-serangan udara tersebut. Hal senada disampaikan Alaedin Boroujerdi, kepala komisi kebijakan luar negeri dan keamanan nasional parlemen Iran.
“Fakta bahwa Arab Saudi telah mengobarkan api perang baru di wilayah ini menunjukkan kecerobohannya,” cetusnya seperti dikutip kantor berita Iran, Fars.
“Asap dari api ini akan masuk ke mata Arab Saudi karena perang tak pernah terbatas di satu tempat saja. Kami harap operasi militer ini akan dihentikan segera dan masalah Yaman diselesaikan lewat cara-cara politik,” tandasnya. (dtf/dtc/ant)
teks