Hadapi Persaingan Global | Industri MRO Butuh 1.000 Lulusan D3

Seorang mekanik melakukan perawatan terhadap pesawat MAF di hanggar bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (30/3). Pesawat MAF dengan tujuan Malinau dan Krayan kembali beroperasi setelah sempat dipermasalahkan mengenai ijin terbangnya. ANTARA FOTO/Fadlansyah/ama/16.
Seorang mekanik melakukan perawatan terhadap pesawat MAF di hanggar bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (30/3). Pesawat MAF dengan tujuan Malinau dan Krayan kembali beroperasi setelah sempat dipermasalahkan mengenai ijin terbangnya. ANTARA FOTO/Fadlansyah/ama/16.

Jakarta – Industri perawatan dan perbaikan pesawat atau Maintainance Repair and Overhaul (MRO) membutuhkan 1.000 lulusan Diploma 3 untuk dapat menghadapi persaingan global. “Kami menyarankan, kalau untuk bersaing secara internasional, basic entry kita harus D3,” kata Ketua Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto di Jakarta, Jumat (2/12).

Richard menilai, lulusan D3 bidang penerbangan akan lebih mudah menyerap pelatihan yang diberikan oleh perusahaan penerbangan yang menggunakan teknologi tinggi dibidang penerbangan.
“Beberapa perusahaan menerapkan D3. Jadi, bisa D2 atau D3,” tukas Richard.

Untuk itu, Richard menyarankan agar mereka yang lulus SMK bidang penerbangan dapat melanjutkan sekolahnya hingga D3 agar dapat menjadi tenaga kerja yang mampu bersaing di dunia penerbangan internasional.

Menurut Richard, industri MRO di Indonesia membutuhkan 1.000 Sumber Daya Manusia yang menguasai keahlian dibidang perawatan dan perbaikan pesawat. Saat ini, SDM yang tersedia baru mencapai 300 orang per tahun, sehingga perlu ditingkatkan tiga kali lipat hingga beberapa tahun mendatang. “Kami 90 persen membutuhkan teknisi lulusan D3, 10 persennya lulusan S1 yang teknisi, juga sebagian kecil administrasi,” ujar Richard.

Menurutnya, IAMSA, industri dan Kementerian Perindustrian akan bekerja sama untuk membangun sekolah vokasi bidang penerbangan yang dapat mendukung industri MRO. “Kami akan bekerja sama dengan Kemenperin untuk pembangunan sekolah maupun penyediaan tenaga pengajar ahli. Selain itu, ada juga dengan industri yang akan menampung lulusan ini agar dapat langsung terserap,” ungkap Richard.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X