Mengenal Potensi Serai Wangi

91190e6f9c0349de0a7928b7a00dfdaf

bibit-serai1-

DSC_0154

HLui 10jan10 002

SERAI WANGI

serai-1

serai-wangi

sereh2

unnamed
serai wangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Komponen utama mi­nyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol yang masing-masing mempunyai aroma yang khas. Komponen tersebut dapat diisolasi lalu diubah menjadi turunannya. Baik minyak, komponen utama maupun turunannya banyak digunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, dan farmasi. Minyak atsiri serai wangi juga dapat digunakan sebagai insektisida, nematisida, antijamur, antibakteri, hama gudang maupun jamur kontaminan lainnya. Melihat berbagai manfaat serai wangi, tak heran bila tanaman ini sangat potensial dikembangkan sebagai komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman serai yang banyak dijumpai di Indonesia adalah dari species yang dikenal sebagai West Indian Lemongrass. Cymbopogon citratus (DC) Stapf diperkirakan merupakan tanaman asli di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Indonesia, juga di India bagian selatan, Srilangka, dan Malaysia.
Cymbopogon citratus adalah tanaman menahun dengan tinggi antara 50 – 100 cm. Memiliki daun tunggal berjumbai yang dapat mencapai panjang daun hingga 1 m dan lebar antara 1,5 – 2 cm. Tulang daun sejajar dengan tekstur permukaan daun bagian bawah yang agak kasar. Batang tidak berkayu dan berwarna putih keunguan. Memiliki perakaran serabut. Tanaman ini tumbuh berumpun.
Serai termasuk jenis tanaman perenial yang tumbuh dengan cepat ( fast growing). Tinggi tanaman dewasa dapat mencapai sekitar 1 meter. Tanaman tropis ini dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 10 hingga 33 0C dengan sinar matahari yang cukup. Pertumbuhan tanaman yang baik dapat dipereoleh pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 700 – 3000 mm dengan hari hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun. Tanaman serai dari species Cymbopogon citratus dapat tumbuh dengan optimal hingga ketinggian 1000 meter dpl. Penanaman pada tanah dengan pH antara 5 – 7 dan memiliki drainase yang baik merupakan kondisi yang cukup ideal bagi serai.
Penanaman
Tanaman serai yang ditanam pada demplot langsung menggunakan rumpun serai. Bibit yang ditanam berupa stek anakan yang didapat dengan cara memecah rumpun yang berukuran besar.
Tanaman yang akan distek dipotong daunnya hingga sekitar 3- 5 cm dari pelepah daun. Demikian pula dengan akar, dikurangi dengan pemotongan hingga menyisakan sekitar 2,5 cm di bawah leher akar. Perlakuan rancangan pola tanam dilakukan pada demplot adalah 1 rumpun, 2 rumpun, dan 3 rumpun per lubang tanam. Ditanam pada bedeng yang ditutupi mulsa plastik dan tanpa penutupan mulsa. Jarak tanam adalah 75 cm antar baris dan 50 cm antar tanaman dalam satu baris. Tujuan dari desain pola tanam ini adalah untuk meneliti produktifitas pertumbuhan tanaman yang merupakan bagian lanjutan pengembangan budidaya sereh dari hulu hingga hilir (pasca panen).
Penyulaman
Penyulaman tanaman serai dapat dilakukan sekitar 2 – 3 minggu setelah tanam pada saat dilakukan pengontrolan kondisi tanaman. Tanaman yang tumbuh kurang sempurna atau layu dapat disulam dengan stek tanaman yang baru untuk menjaga hasil produksi nanti.
Pemberian pupuk yang baik adalah disesuaikan dengan kondisi tanah tempat budidaya tanaman serai. Namun secara umum panduan untuk pemupukan budidaya tanaman serai adalah sekitar 150 – 300 kg urea, 25 – 50 kg TSP, 125 – 250 kg KCl per hektar yang diaplikasikan sekali setahun.
Tanaman serai species Cymbopogon citratus relatif tahan kering. Irigasi tidak menjadi masalah untuk budidaya serai. Tanaman cukup mengandalkan air hujan. Kecuali dalam kondisi iklim yang ekstremtanpa hujan maka dapat dilakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga tanaman tetap tumbuh dengan normal. Serai dapat tumbuh cukup optimal di daerah-daerah lahan kering dengan curah hujan per tahun antara 700 hingga 3000 mm.
Pengendalian Hama
Pembersihan gulma cukup dilakukan secara manual. Umumnya hanya dilakukan 2 sampai 3 kali dalam satu tahun. Terutama pada permulaan musim hujan dan akhir musim hujan saat gulma tumbuh dengan subur. Cara ini memungkinkan budidaya tanaman serai yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan zat kimia dalam pemberantasan gulma.
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan metode ramah lingkungan pula. Sebagai contoh, apabila terdapat serangan ulat pada batang bawah serai maka rumpun yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
Serangan hama cacing tanah dapat diatasi dengan melapisi guludan dengan plastik selama beberapa hari sehingga efek panas yang terjadi dapat membunuh hama cacing ini. Pengendalian hama cacing juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman kemitir (Tagetes sp.) yang dapat mengontrol keberadaan ca­cing tanah. (int)

Close Ads X
Close Ads X