Serai wangi yang mempunyai merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Dalam dunia perdagangan, minyak serai wangi Indonesia di pasaran dunia terkenal dengan nama Citronella Oil of Java. Bagaimana seluk beluk dan potensi tanaman ini? Varietas serai wangi yang paling dikenal adalah varietas mahapengiri dan varietas lenabatu. Varietas mahapengiri mampu memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dibandingkan varietas lenabatu. Kedua varietas tersebut dapat dibedakan dengan melihat dan mengamati pertumbuhan daunnya. Daun serai wangi mahapengiri pada umur 6 bulan akan merunduk, sehingga tinggi rumpun kurang dari 1 meter, sedangkan lenabatu rumpunnya akan tumbuh lebih tinggi.
Rumpun varietas mahapengiri berbentuk lebar dan rendah serta membutuhkan lahan yang lebih subur, sedangkan varietas lenabatu rumpunnya tinggi dan dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur.
Umumnya serai akan tumbuh di daerah dengan ketinggian rendah sampai dengan 4.000 m dpl. Namun pertumbuhan akan optimal pada areal dengan jenis tanah alluvial yang subur pada ketinggian sampai 2.500 m dpl, beriklim lembab dengan curah hujan merata sepanjang tahun.
Pertumbuhan kurang baik pada tanah yang liat dengan tekstur ringan dan menahan air. Tanah berpasir dan cukup subur lebih baik daripada tanah berkapur untuk pertumbuhan sereh wangi. Iklim yang dikehendaki adalah yang mempunyai curah hujan 1.800 – 2.500 mm per tahun dengan distribusi yang merata dalam waktu 10 bulan. Derajat keasaman (pH) yang disukai 6,0 – 7,5. Sinar matahari harus cukup.
Perbanyakan tanaman yang paling mudah adalah dengan pemecahan rumpun tanaman dewasa. Serai wangi yang akan diambil minyak atsirinya agar dipangkas sebelum munculnya bunga, karena jika bunganya sudah muncul maka mutu minyaknya akan lebih rendah.
Panen daun serai wangi pertama kali pada saat sudah berumur enam bulan sejak penanaman, panen selanjutnya dapat dilakukan tiga kali setiap tahunnya.Kriteria saat panen ditetapkan berdasarkan perkembangan, tinggi dan tingkat kedewasaan tanaman. Ketepatan waktu panen sangat berpengaruh pada mutu dan rendemen minyak atsirinya. Waktu panen dilakukan sebaiknya pada pagi hari. Pemangkasan daun jangan terlalu rendah, cukup di pangkal daun karena bagian di bawah pangkal daun tidak mengandung minyak atsiri. Tanaman serai wangi dapat hidup sampai 6 tahun, tapi produktivitasnya sudah menurun.
Minyak Serai Wangi
Dalam dunia perdagangan dikenal dua tipe minyak serai wangi, yaitu tipe Ceylon dan tipe Jawa (Indonesia). Tipe Ceylon kebanyakan diproduksi di Srilanka, sedangkan tipe Jawa diproduksi selain di jawa juga di beberapa negara lain seperti Tiongkoka, Honduras dan Guatemala. Mutu Minyak serai wangi tipe Ceylon tidak dapat menyaingi mutu tipe Jawa. Daerah penanaman dan produksi minyak serai wangi di Indonesia terutama di Jawa, khususnya di Jabar dan Jateng. Beberapa negara yang selalu aktif membeli minyak serai wangi Indonesia antara lain adalah Singapura, Jepang, AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, dan Taiwan. Dengan pembeli utama adalah AS, Preancis, Italia, Singapura dan Taiwan.
Minyak serai wangi digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays, desinfektans, bahan pengilap dan aneka ragam preparasi teknis. Proses produksi minyak serai wangi Proses pengambilan minyak serai wangi dilakukan melalui proses penyulingan. Rendemen rata-rata minyak serai wangi sekitar 0,6 – 1,2 %, tergantung jenis serai wangi, serta penanganan dan efektifitas penyulingannya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu minyak serai wangi diantaranya adalah penanganan terhadap daun hasil panen yang akan diambil minyaknya.
Sebelum disuling daun tersebut sebaiknya dikeringkan dulu beberapa saat, dalam cuaca baik membutuhkan waktu 3 – 4 jam. Selama pengeringan daun harus dibolak balik. Daun setelah dikeringkan hendaknya segera dilakukan penyulingan, karena penyimpanan daun yang terlalu lama akan menurunkan mutu minyak serai wangi yang diperoleh. (int)