Medan | Jurnal Asia
Merebaknya virus corona (Covid-19) membuat pemerintah mengeluarkan imbauan agar masyarakat tetap bertahan di rumah dan menghindari kerumunan. Hal ini juga berdampak pada Cheng Beng tahun ini, vihara dan pagoda diperintahkan tutup sementara.
Penyelenggara Bimas Buddha Kota Medan, Pandita Burhan, S.Ag., M.Si mengatakan, Cheng Beng itu merupakan tradisi ziarah untuk sembahyang leluhur, ada dikuburkan dan ada penempatan abu jenazah di Pagoda dan Vihara. Namun, dengan adanya penyebaran virus corona maka pemerintah mengimbau jangan mengumpulkan massa atau berkumpul karena virus corona lebih cepat menyebar.
“Kita tidak tahu siapa yang sudah terpapar virus corona atau tidak. Sehingga ada beberapa pagoda atau vihara sudah ditutup atau tidak boleh ada masyarakat yang hadir untuk sembahyang tapi ini sifatnya sementara,” katanya, Senin (23/3/2020).
Baca Juga : Breaking News : Bertambah, Satu Pasien Diduga Covid-19 Meninggal Dunia di Medan
Menurutnya, vihara atau pagoda merupakan tempat tertutup dan satu ruangan sehingga banyak yang bersentuhan dan saling memegang yang sudah pernah dipegang oleh lainnya.
Sedangkan yang dikuburan sifatnya terbuka, jadi ada jarak yang bisa dilakukan dan kemungkinan penyebaran agak berkurang tapi tidak menutup kemungkinan bisa tertular karena banyak masyarakat yang datang.
“Kita tidak bisa melarang umat Buddha untuk sembahyang Cheng Beng karena ini memang tradisi setiap tahun. Tetapi untuk di vihara atau pagoda sesuai imbauan pemerintah harus ditutup sementara,” ujarnya.
Namun, kata Burhan, pihaknya mengimbau agar masyarakat menunda sembahyang usahakan sembahyang Cheng beng ditunda dulu. Karena masa Cheng Beng panjang sekitar 20 hari.
Baca Juga : Lions Club Medan Lestari Bagi 1.000 Paket Masker dan Hand Sanitizer
Ia menambahkan, masyarakat harus melihat situasi dulu selama dua pekan ini, jika pemerintah bisa meredam virus corona, maka lakukanlah Cheng Beng. Namun jika semakin merebak maka berdoa dan sembahyang di rumah karena kondisi darurat.
“Semoga, pemerintah Indonesia bisa cepat mengatasi virus corona ini,” harapnya.
Seorang warga Medan, Ricky Khosasi mengungkapkan, ritual Cheng Beng ini merupakan bentuk penghormatan anak cucu kepada leluhur dan berkaitan erat dengan kepercayaan.
“Saya setiap tahun selalu melaksanakan ziarah kubur ke makam leluhur dan papa saya, biasanya sebelum Cheng Beng, kita akan membersihkan makam. Dicuci, dicat atau diisi tanah timbun kalau makamnya turun,” ucapnya.
Baca Juga : Penutupan Pasar Tradisional di Medan Hoax
Namun, lanjutnya, di 2020 ini ada sedikit terkendala dengan adanya isu virus corona sehingga ia belum bisa menentukan hari untuk melaksanakan Cheng Beng. Kemungkinan saudara atau keluarga yang berada di luar Kota Medan juga tidak bisa pulang untuk melaksanakan ritual Cheng Beng ini.
“Itu semua dilakukan untuk mengikuti imbauan pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran virus corona ini. Jika tidak melakukan ziarah ke kuburan maka kita bisa melakukan sembahyang dan doa kepada para leluhur dan orang tua di rumah masing-masing,” pungkasnya.(nty)