Patih Gajah Mada Diduga Orang Batak

Festival Batak
Medan| Jurnal Asia
Peran orang Batak dalam dinamika kebangsaan bahkan di dunia internasional, selama berabad-abad lalu cukup menonjol. Salah satunya dalam Kongres Sumpah Pemuda. Tiga tokoh Angkola pendiri Jong Batak itu antara lain, Amir Syarifuddin Harahap, Parada Harahap dan Sutan Gunung Mulia Harahap. Ketiganya mendahului Jong Sumatera.Selain itu, tokoh fenomenal dalam sejarah, Gajah Mada diduga orang Batak. Penjelasan itu disampaikan Togap Silitonga dari Komite Pergerakan Kebangsaan dalam seminar kebangsaan yang digelar Jong Bataks Arts Festival pada hari ke-4, di Sanggar Tari Taman Budaya Sumatera Utara, baru-baru ini. “Sejak berabad-abad lalu, orang-orang Batak ikut memengaruhi nusantara. Bahkan di antaranya adalah tokok-tokoh nusantara yang fenomenal ditengarai orang Batak. Salah satunya, Gajah Mada,” ungkap Togap.
Gajah Mada diduga sebagai orang Batak pernah diungkap dalam satu diskusi tertutup di mabes ABRI, di masa rezim orde baru. Togap menyebut ABRI di masa itu, selalu membahas tokoh-tokoh yang menonjol pada satu waktu tertentu. Termasuk di masa Gajah Mada, yang ditengarai adalah orang Batak. Begitu juga dengan Tuanku Rao. Pada masa Soekarno, buku tentang tokoh ini fenomenal ini sempat dilarang beredar.
Untuk itu Togap mengajak orang-orang Batak, untuk mencari kebenaran data yang ia sampaikan, mengutip diskusi rahasia oleh ABRI yang memang lazim dilakukan setiap negara.
Pembicara lain, Akademisi Sejarah dari Unimed, Flores Tanjung, menyoroti tentang dekadansi nilai-nilai budaya Batak. Visi orang Batak seperti yang tertuang dalam istilah hamoraon, hagabeon dan hasangapon seolah-olah melulu soal finansial. Padahal kekayaan orang Batak ada pada sikap dan kepribadiannya.
Tetapi sekarang, pemaknaan itu telah berubah. Kemapanan bagi orang Batak melulu dikaitkan dengan finansial. Begitu juga dengan seni dan budayanya. Semakin hari, orang Batak semakin mengalami krisis kebudayaan.
“Ada sekitar 3000-an umpasa dan umpama yang saat ini berangsur-angsur punah. Padahal nilai-nilai orang Batak, banyak tersirat di sana, karena kemunduran budaya inilah yang membuat tidak ada lagi tokoh Batak yang menonjol, khususnya setelah kemerdekaan, jelas Flores.
Kemunduran serta krisis yang di­alami orang Batak, ditinjau dari perspektif berbeda oleh pembicara ketiga, Dosen IAIN, Irwansyah. Irwansyah justru mencurigai kemunduran orang Batak telah dimulai sejak masuknya misioner. Irwansyah mengatakan, sejarah orang Batak kerap ditutupi konspirasi.
“Perjalanan sejarah Batak seringkali ditutupi berbagai konspirasi dunia. Termasuk dugaan konspirasi misioner Jerman dengan kolonial Belanda, khususnya ketika di masa Sisingamangaraja XII,” jelas Irwansyah.
Lebih tegas Irwansyah mengatakan, jika agama boleh saja pindah, tapi tidak dengan budaya. Ditambahkan Irwansyah, mestinya Batak tidak terpecah hanya karena dengan agama. Sebab Batak sudah lebih dulu ada sebelum agama impor masuk.
(nasib ts)

Close Ads X
Close Ads X